Selasa, November 5, 2024
30.1 C
Jakarta

Jean Vanier, pendukung penyandang cacat sedunia, meninggal pada usia 90 tahun

Jean Vanier dalam audiensi dengan Paus Fransiskus
Jean Vanier dalam audiensi dengan Paus Fransiskus

Jean Vanier meninggal dunia 7 Mei 2019 pada usia 90. Filsuf, teolog dan humanitarian Katolik dari Kanada itu menghabiskan seluruh hidupnya dengan memberi harapan bagi orang-orang yang menderita. Dia dikenang dengan pesan Injil yang diungkapkannya “Jika kalian menjadi pria atau wanita yang berbelas kasih, kalian akan menjadi seperti Yesus.”

Di tahun 1964, Jean Vanier mendirikan L’Arche, sebuah komunitas yang mendukung para penyandang cacat. Komunitas ini aktif di seluruh dunia dengan sekitar 150 pusat.

Vanier yang menderita kanker mendapat bantuan khusus di fasilitas L’Arche di Paris. Setelah kematiannya diberitahukan kepada Paus Fransiskus, direktur sementara Kantor Pers Vatikan, Alessandro Gisotti, mengatakan bahwa Paus “berdoa untuknya dan untuk seluruh komunitas L’Arche.” Jean Vanier bertemu Paus Fransiskus 21 Maret 2014. Paus menyebutnya pria senyum.

Kepada para wartawan yang menemaninya di pesawat dalam perjalanan pulang dari Skopje ke Roma tanggal 7 Mei, Paus Fransiskus mengatakan, “Saya ingin berterima kasih atas kesaksiannya.” Menurut Paus, Jean Vanier mampu membaca dan menafsirkan pandangan Kristen tentang “misteri kematian, salib, penderitaan,” tentang “misteri orang-orang yang dibuang oleh dunia.”

Paus mengatakan dia tahu tentang penyakit Vanier melalui informasi terus-menerus dari Suster Genevieve. “Seminggu yang lalu saya meneleponnya, dia mendengarkan saya, tetapi dia hampir tidak bisa berbicara,” kata Paus.

Paus mengatakan, Jean Vanier bekerja “tidak hanya untuk yang paling kecil tetapi juga untuk mereka yang bahkan sebelum dilahirkan.” Paus menegaskan, “Dia menghabiskan hidupnya dengan cara ini. Terima kasih untuk dia dan terima kasih untuk Tuhan karena telah memberi kami seorang saksi yang begitu hebat.”

Vanier yang lahir di Jenewa 10 September 1928 adalah mantan perwira Angkatan Laut Kanada yang juga ikut mendirikan gerakan “Foi et Lumiere” (Iman dan Terang) tahun 1971. Tahun 2015, anggota Dewan Kepausan untuk Kaum Awam itu menerima Templeton Prize, salah satu penghargaan tertinggi yang diberikan setiap tahun untuk pribadi-pribadi dari dunia keagamaan.

Dalam wawancara dengan Radio Vatikan, Jean Vanier mengatakan, “misi kami adalah menjumpai dunia yang penuh kelemahan, kemiskinan dan penderitaan yang luar biasa, orang-orang yang sering ditolak … L’Arche adalah tempat rekonsiliasi. Di situ orang-orang dari agama dan budaya yang sangat berbeda bisa bertemu dan ini mengubah kehidupan para penyandang cacat dan juga para sukarelawan. Lagi pula, L’Arche adalah tempat perayaan agar semua orang berbahagia …  Kami ingin menjadi tanda pentingnya para penyandang cacat, karena dalam diri mereka ada pesan, tetapi hanya sedikit yang mengetahuinya: kenyataannya, mereka dipilih menjadi saksi-saksi Allah.”

Ketika dianugerahi Templeton Prize, Jean Vanier kembali mengatakan dalam wawancara dengan Radio Vatikan, “Hadiah ini menarik perhatian para penyandang cacat, dan ini penting. Faktanya, aspek khusus L’Arche, dan juga Foi et Lumiere, merupakan pemberitahuan bahwa para penyandang cacat mental adalah orang-orang super!”

Jean Vanier mengingat pentingnya hidup bersama. “Saya yakin betul, hari ini perlu ada komunitas yang menghayati nilai-nilai Injil: untuk hidup bersama, untuk menjalani Sabda Bahagia dan untuk mengetahui bahwa kehidupan Sabda Bahagia, kehidupan Injil, dapat dijalani dengan sangat sederhana dengan hidup bersama. Pesan Injil adalah menjadi pria dan wanita berbelas kasih. Jika kalian menjadi pria atau wanita berbelas kasih, kalian akan menjadi seperti Yesus.”

Dalam wawancara lain, Jean Vanier menekankan pentingnya sukacita. “Saya kira, seluruh visi evangelisasi itu penuh sukacita, karena kami telah menerima Kabar Gembira! Dunia bukan hanya penuh kekerasan. Sabda menjadi manusia, Tuhan datang untuk memberitahukan sesuatu kepada kita. Tuhan mencintai umat manusia, Tuhan ada. Ini tidak berarti tidak ada perjuangan melawan yang jahat. Ada kekerasan di dunia, ada kekerasan dalam diri saya dan dalam diri kita semua. Tetapi Yesus lebih kuat dan kita tetap berharap Dia akan membantu kita.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan laporan Sergio Centofanti/Vatican News)

Artikel Terkait:

Paus kunjungi Bahtera Chicco nikmati makanan kecil bersama penghuni

Paus Fransiskus mendadak kunjungi 20 wanita yang diselamatkan dari prostitusi

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini