Indonesia kehilangan imam intelektual, brilian, inspiratif, dan putra terbaik Papua

1
3919
Pastor Neles Tebay Pr (Foto Tempo.co)
Pastor Neles Tebay Pr (Foto Tempo.co)

Ada berita duka, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Fajar Timur Abepura, Papua, Pastor Neles Kebadabi Tebay Pr, telah meninggal dunia di Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta, tulis seorang wartawan dari Merauke lewat sebuah pesan singkat kepada PEN@ Katolik.

“Beliau sosok inspiriatif, seorang penulis yang hebat. Dia rajin menulis di Limen, media penelitian tentang sosial ekonomi dan budaya serta Agama di STFT Fajar Timur. Dia lama menulis di UCANews (Kantor Berita Gereja Katolik  Asia). Dia yang mengajak saya menjadi wartawan HIDUP dan UCANews saat saya kuliah di STFT itu,” tulis wartawan senior Agapitus Batbual mengenang imam periang yang senang cerita mop (lucu) itu.

Pastor Neles meninggal pada Minggu Palma, 14 April 2019, pukul 12.15 WIB. Sore hari tanggal 15 April, pukul 17.00 akan dirayakan Misa Pelepasan, kemudian jenazah penulis berbagai buku dan wartawan berbagai surat kabar nasional antara lain the Jakarta Post, Kompas, Suara Pembaruan, dan Tifa itu akan dibawa ke Jayapura dan menurut rencana sementara akan dimakamkan tanggal 18 April.

Seorang wartawan lain, Ansel Deri, menulis bahwa Pastor Neles Tebay adalah penggagas dan koordinator Jaringan Papua Damai (JPD) dan penulis produktif yang setia memberikan perhatian pada isu-isu sosial politik bumi Cenderawasih dan nasional. JDP didirikan Pastor Neles untuk menjembatani dialog Jakarta-Papua untuk menyelesaikan persoalan HAM, politik dan ideologi di Papua.

“Sebagai wartawan dan penulis, saya banyak belajar bahkan mengutip gagasan Neles yang begitu merindukan Papua tanah damai, yang juga menjadi kerinduan pemerintah dan masyarakat Indonesia yang tinggal di benua besar bernama Papua,” tulis Ansel di halaman Facebooknya seraya menambahkan, “Pastor Neles, saya sungguh kehilangan sahabat dan rekan penulis hebat.”

Pastor Neles yang lahir di Kampung Goodide, Distrik Kamu Utara, Kabupaten Dogiyai, Papua, 13 Februari 1964, belajar di Seminari Tinggi Interdiosesan Yerusalem Baru Abepura (1983-1990), ditahbiskan imam tahun 1992, belajar di East Asian Pastoral Institute di Ateneo de Manila University (1995-1997), dan tahun 2000 menggondol gelar doktor Misiologi dari Universitas Kepausan Urbaniana di Roma.

Tanggal 13 Maret 2013, sebagai Koordinator Jaringan Damai Papua, Pastor Neles Tebay menerima penghargaan dari Yayasan Keadilan dan Perdamaian Tji Hak-soon yang berada di Seoul, Korea.

VOA Indonesia mengutip imam diosesan Keuskupan Jayapura itu yang mengatakan, “penghargaan itu merupakan dukungan dari pihak internasional bahwa dialog merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan permasalahan di Papua secara menyeluruh.” Menurut imam itu, kekerasan yang terjadi di Papua sejak 1963 hingga kini tidak dapat diselesaikan jika tidak ada dialog antara pemerintah Indonesia dengan masyarakat Papua.

Media zonadamai.com mengutip perkataan Pastor Neles, 21 Juli 2015: “Kami tahu bahwa perdamaian tidak akan tercipta sendiri. Perdamaian menuntut kerja cerdas dan keterlibatan dari semua pihak, baik secara individu maupun secara kolektif. Oleh sebab itu, doakan kami, agar kami selaku warga Papua senantiasa memelihara persekutuan dan persaudaraan yang sudah lama kami alami, serta dapat memperjuangkan perdamaian secara bersama melalui doa, dialog dan kerja cerdas.” (PEN@ Katolik/paul c pati)

Pastor Neles Tebay Pr menerima penghargaan dari Yayasan Keadilan dan Perdamaian Tji Hak-soon di Korea Selatan. (Courtesy Photo dari Pastor Neles Tebay)
Pastor Neles Tebay Pr menerima penghargaan dari Yayasan Keadilan dan Perdamaian Tji Hak-soon di Korea Selatan. (Courtesy Photo dari Pastor Neles Tebay)

1 komentar

  1. 1.Tata cara umat katholik ini umat mengatur seorang imam ini hal yg salah, TUHAN mengutus anakNya turun kedalam dunia, bukan anaknya yg mengutus bapanya, untuk itu umat katholik melayani iman itu dengan sepenuh hati
    2Jika sperti demikian seorang imam pintar harus kawin 10, sehinga dlm 10 tahun bisa mencetak 100 orang pintar ditanah papua, 1/2 orang yg pintar yg meninggal itu 3000 thn pun susah mendapatkannya, ABRAHAM yg istri 2 saja TUHAN panggil temanko
    3.Kami menyampaikan ini karena sudah lebih dari 3 org imam mengalami kematian yg serupa.
    4. Usulan harus ada aturan katholik papua, bukan aturan katholik ROMA yg diterapkan ditanah papua

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here