Kustodi Santo Antonius dari Padua Filipina menyatu dengan Gereja dan Ordo Fransiskan dalam perayaan delapan abad pertemuan Santo Fransiskus dari Assisi dan Sultan Al-Malik Al-Kamil (1219). Peringatan itu memiliki arti khusus di Uni Emirat Arab, yang dilayani oleh Vikariat Apostolik Arab Selatan, yurisdiksi Gereja yang dipercayakan kepada Fransiskan Kapusin.
Salah satu yang menarik dari acara selama setahun itu adalah forum antaragama yang diadakan 2 April di Tairan, Lantawan, Basilan. Para Fransiskan mengelola Paroki San Roque di komunitas multi-etnis dan multi-agama yang dinamis di Filipina ini.
Forum itu secara strategis diadakan di Tairan karena hubungan simbolik antara umat Muslim dan umat Kristiani di komunitas lokal itu. Kepala Paroki Pastor Elton Viagedor OFM mengatakan, “Tairan adalah komunitas yang mentolerir perbedaan dan keragaman dalam budaya dan agama; inilah tempat sempurna untuk dialog guna berkembang dan berbuah.”
Sorotan acara ini adalah pembicaraan dua cendekiawan terkemuka di bidang dialog: Pastor Antonio Ma Rosales OFM dan Ustad Garson Hamja. Pastor Rosales secara reflektif menceritakan perjumpaan teramat penting antara Sultan Al-Malik Al-Kamil dan Santo Francis dari sudut pandang orang-orang Kristiani dan bagaimana peristiwa itu memengaruhi pemahaman paradigma misi sebagai dialog.
Sementara itu, Ustad Hamha menceritakan kembali biografi singkat Sultan Al-Malik Al-Kamil, seraya menggambarkan sifat-sifat yang membuatnya dicintai bukan hanya oleh rakyatnya tetapi juga oleh orang-orang Kristiani. Kedua pembicara memperkuat relevansi acara penting itu dengan tantangan-tantangan kontemporer perdamaian, kerukunan, dan keragaman di dunia.
Acara ini juga menampilkan tarian interpretatif dari orang muda dan anak-anak Muslim dan Kristen, pameran foto tentang sejarah kehadiran Fransiskan di Mindanao, serta pemotongan pita secara simbolis lukisan dinding tentang peringatan perjumpaan itu oleh Pastor Arturo Daquilanea OFM dan Ustad Garson Hamja.
Bruder Christopher Villanueva, bruder dan seniman Fransiskan, menciptakan karya seni itu di pintu masuk gereja paroki. Ritual Muslim “dulah” dan santapan Kristen “agape” menjadi puncak kegiatan hari itu.
Umat Kristiani setempat, para biarawan dari Kustodi itu, anggota-anggota Ordo Fransiskan Sekuler, klerus lokal dari Prelatur Isabela (Basilan), dan beberapa siswa dari sekolah-sekolah di komunitas itu berpartisipasi dalam forum itu. Anggota-anggota dari komunitas-komunitas Muslim serta para pemimpin Muslim yang diundang, serta politisi lokal juga hadir.(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan laporan Mark Joy G. Basallajes dan Errol R Ortiz dari CBCPNews)