Menanggapi proposal Ordo Karmel kepada Dirjen Bimas Katolik untuk mendirikan Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) Santa Maria Monte Carmelo di Maumere, Pelaksana Tugas Kepala Bidang Pendidikan Katolik Kanwil Kemenag Provinsi NTT John Seja mengatakan SMAK hadir karena keprihatinan akan terbatasnya alokasi pelajaran agama Katolik pada sekolah umum dewasa ini.
“Kita butuh saluran formal untuk mewariskan tradisi dan ajaran iman dan moral Gereja Katolik, yang hanya ada pada SMAK karena di dalamnya ada mata pelajaran Liturgi, Kitab Suci , Doktrin dan Moral Gereja Katolik, Sejarah Gereja dan Pastoral Katekese,” jelas John Seja dalam pertemuan dengan pimpinan Biara Karmel Nita Kabupaten Sikka 20 Maret 2019.
Pertemuan yang membicarakan proposal itu dihadiri Komisariat Karmel Indonesia Timur Pastor Stefanus Buyung OCarm, Ketua Yayasan Santa Maria Karmel Kabupaten Sikka Pastor Karolus Sola OCarm, Vikjen Keuskupan Maumere Pastor Teleforus Jenti OCarm serta para pastor Karmel lainnya.
Pastor Stefanus Buyung OCarm mengatakan bahwa Yayasan Santa Maria Karmel memiliki keprihatinan yang sama dan terpanggil menciptakan generasi penerus Gereja Katolik di Kabupaten Sikka.
“Saya sepakat dan merasakan kegelisahan akan semakin besarnya gap pengetahuan agama antara umat pada umumnya dengan hierarki Gereja. Dan saya merasa, sebagian kegelisahan saya terjawab dengan hadirnya SMAK ini,” ujar Pastor Buyung yang diamini diamini oleh Pastor Karolus Sola OCarm.
Menurut John Seja, SMAK adalah sekolah umum yang artinya, tamatan SMAK dapat melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi di mana pun, baik negeri maupun swasta. “SMAK bukan wajah lain dari SPG atau PGAK yang dulu pernah ada. Konsep pendidikannya menggunakan pola sekolah berasrama,” jelasnya.
Mereka sepakat, SMAK Santa Maria Monte Carmelo Maumere akan dibuka di tengah kota Maumere pada tahun ajaran 2019/2020. (PEN@ Katolik/Yuven Fernandez)
Artikel Terkait:
SMAK Santo Thomas Morus Ende jadi SMAK Negeri Ende karena uskup percaya pada awam