“Di mana saudaramu?” Ini pertanyaan yang Allah tanyakan di dalam hati kita masing-masing mengenai saudara kita yang sakit, yang dipenjara atau yang kelaparan. Paus Fransiskus membuat renungan ini dalam homili Misa di kapel Casa Santa Marta, Vatikan, 18 Februari 2019.
Mengomentari kisah Kain dan Habel dalam bacaan pertama dari Kitab Kejadian Kej. 4:1-15,25, Paus menjelaskan bahwa umat manusia, seperti Kain, sering berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan Tuhan yang tidak nyaman dan memalukan berkaitan dengan sesama kita. “Apa yang harus saya lakukan dengan kehidupan saudara saya? Apakah saya pengawalnya? Saya mencuci tangan tentang dia ….” Paus menjelaskan bahwa Kain, yang membunuh saudaranya, mencoba melarikan diri dari pandangan Tuhan.
Paus kemudian menjelaskan bagaimana Yesus juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan tidak nyaman. Dia bertanya tiga kali kepada Petrus apakah dia mencintai-Nya. Dia bertanya kepada murid-murid-Nya apa kata orang tentang Dia dan apa yang mereka pikirkan tentang Dia.
Paus Fransiskus berkata, hari ini Tuhan bertanya kepada kita masing-masing beberapa pertanyaan pribadi seperti ini: “Di mana saudaramu yang lapar?” tanya Tuhan kepada kita. Dan untuk menyelamatkan diri, kita menjawab, “Tentunya dia sedang makan siang dengan kelompok Caritas paroki yang sedang memberinya makan.”
“Bagaimana dengan yang lain, yang sakit …?” “Oh baik, dia ada di rumah sakit!” “Tapi, tidak ada tempat di rumah sakit! Dan apakah Anda memberinya obat?” “Tapi, itu urusannya, saya tidak bisa ikut campur dalam kehidupan orang lain … dan selain itu, akan ada kerabat yang memberinya obat.” Maka, saya mencuci tangan tentang dia.
“Di mana saudaramu, di penjara?” “Ah, dia pantas menerimanya dan dia sedang membayarnya.” Kami bosan melihat begitu banyak penjahat di jalanan. Mungkin, kata Paus, kalian tidak pernah mendengar jawaban seperti itu dari Tuhan. “Di mana saudaramu, saudaramu yang dieksploitasi, orang yang bekerja secara ilegal, sembilan bulan setahun … tanpa keamanan, tanpa liburan …?”
Bapa Suci mendesak setiap orang untuk menamai setiap orang yang disebutkan Tuhan dalam Bab 25 dari Injil Matius – yang sakit, yang lapar, yang haus, tanpa pakaian, anak kecil yang tidak bisa pergi ke sekolah, pecandu narkoba , tahanan … di mana dia?
Paus mengatakan, pertanyaan-pertanyaan terus menerus diajukan kepada kita. “Di mana tempat saudaramu di dalam hatimu? Apakah ada ruang bagi orang-orang ini di hati kita? Atau apakah kita mencoba menenangkan hati nurani kita dengan memberikan sedekah?” Menurut Paus, “Kita terbiasa memberikan jawaban kompromi untuk melarikan diri dari masalah itu, untuk tidak melihat masalah itu, untuk tidak menyentuh masalah itu.”
Paus Fransiskus mengatakan, kalau kita tidak menamai daftar dalam Injil Matius Bab 25, kita akan menciptakan “kehidupan yang gelap” bagi kita dengan dosa yang mendekam di pintu kita, yang menunggu masuk dan menghancurkan kita.
Ketika Tuhan bertanya kepada Adam dalam Kitab Kejadian, “Adam, di mana kamu?” – Adam menyembunyikan diri karena rasa malu. Mungkin kita tidak memperhatikan hal-hal ini, penderitaan-penderitaan ini, rasa sakit ini, kata Paus dan mendesak umat Kristiani untuk tidak bersembunyi dari kenyataan tetapi menjawab secara terbuka, dengan setia, dan penuh sukacita, pertanyaan-pertanyaan yang Tuhan tanyakan kepada kita tentang saudara-saudara kita. (PEN@ Katolik berdasarkan Vatican News)