Kantor Pers Vatikan membenarkan bahwa dalam kunjungannya ke Irlandia Paus bertemu dengan delapan orang Irlandia yang selamat dari pelecehan yang dilakukan klerus (pelayan Tuhan, yang diberi mandat berupa tahbisan. Red.), kaum religius dan institusi. Pertemuan itu, menurut Vatican News berlangsung Sabtu malam 25 Agustus 2018 selama sekitar 90 menit. Para peserta menggambarkan pertemuan itu “ramah dan sopan.”
Menurut pernyataan singkat yang dikeluarkan oleh Kantor Pers Vatikan, kedelapan orang selamat yang bertemu Paus Fransiskus adalah Ny Marie Collins, Pastor Patrick McCafferty, Pastor Joe McDonald, Anggota Dewan Kota Dublin Damian O’Farrell, Paul Redmond, Clodagh Malone, Bernadette Fahy, dan korban selamat lain yang memilih tetap anonim.
Segera setelah pertemuan itu, dua dari mereka merilis pernyataan yang mengatakan bahwa Paus Fransiskus “mencela pelanggaran dan menutupi dalam Gereja.” Paus menggambarkannya sebagai “caca,” istilah sehari-hari dalam bahasa Spanyol yang secara harfiah berarti “kotoran” atau “tahi.”
Dua orang yang selamat, Clodagh Malone dan Paul Redmond, masih bayi ketika mereka dipaksa berpisah dari ibu-ibu mereka yang tinggal di lembaga-lembaga yang dikelola Gereja dan dikenal sebagai “Rumah Ibu dan Bayi” saat itu. Mereka mengatakan bahwa mereka minta kepada Paus untuk secara terbuka menyerukan “rekonsiliasi dan reuni keluarga-keluarga ini.”
Dalam pidato pertamanya di Irlandia di Sabtu pagi, untuk otoritas politik dan sipil, Paus Fransiskus mengakui “skandal besar di Irlandia yang disebabkan oleh pelecehan anak muda oleh anggota-anggota Gereja.” Paus selanjutnya mengakui “kegagalan otoritas gerejawi dalam mengatasi kejahatan-kejahatan menjijikkan ini.”
Sekali lagi pada hari Minggu, dalam kunjungannya ke Tempat Ziarah Maria di Knock, Paus meminta pengampunan atas kejahatan pelecehan seksual yang dilakukan klerus. Dalam referensi yang jelas untuk pertemuannya dengan orang-orang yang selamat di malam sebelumnya, Paus mengatakan tidak ada orang yang tidak terharu dengan cerita-cerita orang-orang yang “menderita pelecehan, yang kemurniannya dirampok, dan yang terus membawa bekas luka karena kenangan menyakitkan.”(paul c pati)