Untuk mengenang jasa dan pengorbanan para misionaris sekaligus untuk menghormati mereka, puluhan Orang Muda Katolik (OMK) dari beberapa paroki di Keuskupan Agung Merauke bersama Pemuda Katolik dan PMKRI Cabang Merauke melakukan ziarah ke makam para misionaris yang berada di halaman Paroki Santa Theresia Buti Merauke.
Dalam ziarah yang dilakukan pukul 16.30 hingga 18.30 tanggal 14 Agustus 2018, bertepatan dengan “Peringatan 113 Tahun Gereja Masuk di Papua Selatan” itu, para anggota OMK, PMKRI dan Pemuda Katolik membakar 113 lilin dan menaburkan bunga.
Ziarah itu diikuti juga oleh Diakon Simon Petrus Takahanem Kaize MSC serta Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Merauke Beatha Kandam, Ketua Badan Koordinasi OMK Dekenat Merauke Adriana Papo Gebze dan Ketua Pemuda Katolik Komisariat Cabang Merauke Petrus Alui Gebze.
Koordinator dan pemrakarsa ziarah itu, Maria Sebastiana Kornelia Kahol, mengatakan kepada PEN@ Katolik bahwa 113 tahun menjadi refleksi bagi umat Katolik di Keuskupan Agung Merauke, khususnya orang muda, sehingga mereka perlu mengenang serta melihat kembali jasa para misionaris dalam merintis pekabaran injil di tanah Selatan Papua.
Selama ini Maria mengamati OMK semakin kurang mengenang jasa-jasa misionaris. “Kita bahkan tidak tahu dan tidak mengenal siapa mereka. Saya sering membaca buku jejak-jejak misionaris. Perjuangan mereka sangat mengerikan. Mereka harus melewati kondisi alam yang ganas, namun bisa menaklukkannya. Ini hal yang luar biasa,” kata Maria.
Yang perlu direfleksikan oleh OMK di keuskupan itu adalah bagaimana perjuangan para misionaris dalam memajukan orang Papua, betapa banyaknya tantangan yang harus mereka hadapi, “tetapi semuanya itu bisa mereka lakukan dengan semangat,” lanjut Maria.
Pada saat mereka datang, lanjut Maria, “orangtua kita masih pakai cawat dan sekarang kita sudah bisa berpakaian seperti ini. Pelayanan para misionaris dengan cinta kasih, dapat merangkul orang Papua untuk menerima sukacita Injil, sehingga kita bisa seperti ini. Dulu kita belum mengenal beras dan sebagainya, orang tua kita hanya hidup dengan makan sagu, ikan dan daging,” jelas Maria.
Maria lalu mengusulkan agar Ziarah ke Makam Misionaris menjadi agenda rutin keuskupan setiap tahun sebagai penghormatan bagi mereka. “Saya sangat terharu. Ini baru pertama kali kita lakukan pada peringatan hari misi Katolik. Ini bentuk penghormatan yang bisa kita berikan kepada para misionaris.”
Sementara itu Diakon Simon Petrus Kaize MSC mengatakan, meskipun kegiatan itu sederhana tetapi sangat bermakna. “Saya hampir menangis ketika memimpin doa, karena kita hanya beberapa orang, tetapi membangkitkan motivasi luar biasa. Ini bahan pembelajaran buat OMK sekarang, karena saat ini OMK sangat susah mengumpulkan teman-teman, padahal bisa lewat telepon. Dulu mereka lebih susah, tetapi tetap semangat untuk berkarya,” kata Diakon Simon kepada PEN@ Katolik.
Usai pembakaran lilin, OMK, Pemuda Katolik dan PMKRI yang hadir berkomitmen untuk “bersatu dan melanjutkan karya agung para misionaris di Selatan Papua.”(Yakobus Maturbongs)
Artikel Terkait:
Pastor Cornelis de Rooij MSC: OMK harus berani hadapi tantangan tak boleh mengeluh
Peristiwa 108 tahun Injil masuk Papua Selatan ajak umat jadi misionaris
Perda Merauke sebagai Gerbang Hati Kudus Yesus hormati karya misionaris MSC