“Beberapa hari terakhir ini, ada berita bahwa sejumlah imam Katolik meminta izin dari Kepolisian Nasional Filipina (PNP) agar mereka diizinkan membawa senjata api. Saya telah menyatakan pikiran saya tentang persoalan ini beberapa hari yang lalu melalui Radio Veritas, stasiun radio yang dikelola oleh Keuskupan Agung Manila, bahwa saya tidak setuju dengan tindakan semacam itu – bahwa seorang imam lebih baik membawa senjata api.”
Demikian dua alinea pertama surat yang ditulis oleh Ketua Konferensi Waligereja Filipina Mgr Romulo G Valles dari kantor waligereja itu, 23 Juni 2018. Surat itu diterbitkan oleh CBCPNews, sebuah media online dari kantor waligereja itu.
PNP sebelumnya melaporkan bahwa lebih dari 200 imam dan pendeta telah mengajukan permohonan izin untuk membawa senjata api di luar tempat tinggal mereka.
Uskup Agung Davao itu menjelaskan bahwa seorang imam adalah seseorang yang dibentuk untuk Kristus. “Dalam ajaran Gereja, seorang imam bertindak atas nama Kristus. Di tengah-tengah Gereja, di tengah-tengah masyarakat, karena anugerah penahbisan imamat, kita seharusnya melihat dan merasakan pribadi Kristus dalam kehadirannya. Dan, oleh karena itu, dengan pembentukan seorang imam untuk Kristus ini, bisa dikatakan bahwa tidaklah tepat bagi seorang imam untuk membawa senjata api untuk melindungi dirinya sendiri,” tulis prelatus itu.
Mgr Valles sangat menyadari bahaya dalam hidup para imam akhir-akhir ini, terutama setelah terjadi pembunuhan atas tiga imam dalam beberapa bulan terakhir. Para uskup yang sangat terganggu dan sangat sedih atas kematian para imam itu bahkan mencela pembunuhan-pembunuhan itu.
“Tapi tetap bagi saya, para imam sama sekali tidak perlu membawa senjata api. Itulah sebabnya, kami memberikan kepercayaan dan keyakinan kami kepada PNP dan kepada personel ketenteraman dan ketertiban terkait lainnya dalam pemerintahan. Kami berdoa bagi mereka dan menantang mereka untuk melakukan yang terbaik dalam tugas yang sangat sulit untuk melindungi kita semua, termasuk para imam,” tulis uskup agung itu.
Uskup Agung Davao itu menegaskan bahwa hingga saat ini tidak ada seorang imam pun yang bertanya kepadanya tentang hal itu. Sungguh pun demikian, “saya sangat tidak menganjurkan para imam saya, klerus dari Davao, untuk meminta izin dari PNP untuk membawa senjata api.”
Namun Mgr Valles menganjurkan para imam dari keuskupan atau keuskupan agung lain di Filipina untuk membicarakan hal itu dengan uskup mereka dan di antara para imam sendiri, apakah membawa senjata itu pantas bagi umat kita.
Mgr Valles mengakhiri suratnya dengan mengajak para imam untuk lebih banyak lagi berdoa agar semakin yakin dan bersyukur atas anugerah penahbisan yang telah mereka terima. “Kita dibentuk untuk Kristus dan bertindak atas nama-Nya dalam setiap saat kehidupan kita,” tulis ketua Konferensi Waligereja Filipina itu.(paul c pati)
Artikel terkait:
Para uskup menentang ide mempersenjatai para imam
Pastor Richmond Nilo imam ketiga yang tewas di Filipina dalam enam bulan terakhir