Dengan mengenakan jubah dan kerudung, Suster Carmen Vilches, ikut dalam Lomba Semi-Maraton sepanjang 10 km di Cúcuta, di Kolombia, 3 Juni 2018. Biarawati asal Maracaibo, Venezuela, itu mengatakan kepada kantor berita Katolik berbahasa Spanyol, ACI Prensa, bahwa komunitasnya baru tahu tentang lomba itu sehari sebelumnya, ketika “para novis ingin mengumpulkan dana di Cúcuta dengan penjualan kue. Saat itu mereka diperingatkan bahwa jalan-jalan akan akan ditutup pada hari berikutnya karena ada lomba maraton.”
Suster Carmen adalah anggota Kongregasi Suster-Suster Trovadoras de la Eucaristía atau Trovadoras Ekaristi (pemuja Ekaristi dengan lagu, puisi, dan tarian). Komunitasnya tinggal di kota Pamplona. Untuk mengikuti lomba itu mereka meminta izin kepada ibu superior. Mereka mendapat izin dengan syarat mereka tetap mengenakan kerudung dan jubah. Namun, ketika mereka mendaftar “hanya satu quota yang tertinggal.” Maka, satu-satunya yang dipilih adalah Suster Carmen, yang sudah menjadi anggota kongregasi itu selama tujuh tahun.
Suster Carmen menjelaskan bahwa alasan dia terpilih “karena saya sangat suka olahraga dan para suster sudah melihat bakat itu dalam diri saya, terutama daya tahan saya saat berlari, jogging atau bermain.”
Meskipun belum pernah ikut maraton sebelumnya, religius berusia 29 tahun itu berkomentar bahwa ketika sekolah dia bermain bola voli dan sepak bola.
Dalam komunitas, “kami olahraga dua atau tiga kali seminggu. Kami main sepak bola, basket, voli, tenis meja dan naik sepeda.” Selain itu, di Pamplona, “saya mendapat kesempatan keluar setiap hari dengan bersepeda untuk melakukan berbagai kegiatan.” Kegiatan fisik yang konstan itu membuat dia bisa berlari sepuluh kilometer dalam sirkuit maraton itu.
Ketika para biarawati itu mendaftarkan Suster Carmen, “mereka tahu bahwa mereka bisa ikut dengan mengenakan jubah, karena yang harus dikenakan adalah baju dan nomor dada atau bib.” Dengan demikian, mereka bisa “mempromosikan komunitas dan menunjukkan kepada orang-orang bahwa status religius kami tidak menghalangi kami untuk ikut dalam acara semacam ini.”
Suster asal Venezuela itu mengatakan kepada ACI Prensa bahwa berlari maraton itu “merupakan pengalaman indah dan unik, karena dia menerima motivasi dari para suster, terutama dari Ibu Superior Angarita González.”
“Melihat orang-orang mendukung saya dan mengatakan ‘ayo suster’ memberi saya sukacita yang besar, karena mereka tidak menyebutkan Carmen tetapi kenyataan saya sebagai religius. Saya juga bersemangat meninggalkan bau Allah di jalan-jalan Cúcuta,” kata suster itu.
Dari 1500 peserta, “Saya tiba di posisi ke-15 dan panitia senang bahwa seorang religius ikut serta dengan jubahnya. Walikota Cúcuta memberi komunitas kami sumbangan ekonomi sebesar satu juta peso,” kata biarawati itu seraya menambahkan bahwa dia ingin berlari lagi dalam maraton mendatang.
Kongregasi Trovadoras Ekaristi adalah salah satu kongregasi termuda di Kolombia. Karya kerasulannya dimulai tahun 2006, dengan otorisasi dari Uskup Agung Nueva Pamplona, waktu itu, Mgr Gustavo Martínez Frías.
Bagian dari kerasulan mereka adalah menginjili dengan menggunakan seni teater, musik, tarian dan puisi. Tahun 2015, mereka menjadi perhatian orang-orang Kolombia karena mereka mulai bersepeda di jalanan sebagai cara untuk menjaga lingkungan. Mereka juga melakukan misi di berbagai bagian Kolombia yang terkena dampak perang gerilya dan kekerasan, khususnya penduduk di perbatasan. (Ditulis oleh Maria Ximena Rondon dari ACI Prensa dan diterjemahkan dengan perubahan oleh Paul C Pati untuk PEN@ Katolik)