Senin, Desember 23, 2024
27.9 C
Jakarta

Allah Tritunggal dan Kita

Tritunggal

Hari Raya dari Tritunggal Mahakudus

27 Mei 2018

Matius 28: 16-20

“Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.(Mat. 28:19)”

Hari ini kita merayakan Misteri Tritunggal Mahakudus. Misteri ini tepat disebut misteri dari semua misteri karena Tritunggal Mahakudus merupakan inti dari iman Kristiani kita. Namun, kebenaran mendasar ini tidak hanya sangat sulit untuk dimengerti, tetapi juga pada kenyataannya, melampaui penalaran manusiawi kita. Bagaimana mungkin kita bisa percaya pada tiga Pribadi Ilahi yang berbeda, Bapa, Putra dan Roh Kudus, namun mereka tetap satu Allah? Beberapa tokoh besar seperti Santo Agustinus, Santo Thomas Aquinas dan Paus Emeritus Benediktus XVI telah berusaha untuk memberi sedikit cahaya pada misteri ini. Namun, di hadapan kebenaran maha besar ini, penjelasan terbaik pun akan tampak seperti setetes air di samudra raya

Saya sendiri tidak memiliki ilusi bahwa saya dapat menjelaskan misteri ini dengan baik, tetapi kita mungkin merefleksikan bersama maknanya dalam kehidupan sehari-hari kita. Masa Paskah yang penuh sukacita berakhir dengan perayaan hari Pentakosta minggu lalu, dan kita pun melanjutkan masa biasa tahun liturgi. Ketika kita melanjutkan masa biasa, Gereja mengundang kita untuk merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Gereja tampaknya mengajarkan kita bahwa misteri Trinitas yang melebihi segala nalar sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari kita sebagai manusia, dengan perjuangan kita sehari-hari, dengan rasa sakit dan sukacita kita sehari-hari. Bagaimana iman kita dalam misteri terbesar dari semua misteri ini dapat terhubung dengan kehidupan sehari-hari dan bahkan duniawi kita?

Kita sering memiliki gambaran salah tentang Tuhan. Kita kadang berpikir bahwa Tuhan atau Allah Tritunggal adalah pribadi terbesar (atau tiga pribadi terbesar) di antara hal-hal yang ada. Dia seperti seorang CEO universal yang mengelola semua hal dari lokasi yang dirahasiakan atau makhluk super besar dan super kuat yang mengendalikan hampir segalanya. Namun, gambaran ini tidak sepenuhnya benar. Ia bukan sekedar “satu” di antara makhluk yang tak terhitung jumlahnya. Tuhan adalah dasar dari segala yang ada. Dia adalah alasan mengapa sesuatu ada, daripada tidak ada sama sekali. Jadi, penciptaan bukanlah yang terjadi pada “Big Bang” 13,7 miliar tahun lalu. Penciptaan pada dasarnya adalah karunia keberadaan dari Allah bagi kita. Menjadi makhluk ciptaan berarti keberadaan kita tidak mutlak. Kita ada fana. Namun, saat kita tahu bahwa kita sungguh ada di dunia, kita menyadari bahwa setiap saat dalam hidup kita adalah karunia Tuhan.

Kitab Suci mengungkapkan misteri Allah kita. Dia bukan Tuhan yang menyendiri dan mementingkan diri sendiri, tetapi Tuhan kita adalah satu Tuhan dalam tiga pribadi ilahi. Tuhan kita adalah komunitas yang berdasarkan pada kasih hidup dan kreatif dan pada pemberian diri yang total dan konstan. Oleh karena itu, penciptaan kita bukanlah sekedar ketidaksengajaan semata, tetapi tindakan kreatif Allah dan karunia kasih-Nya. Kita ada karena kita adalah bagian dari rencana kasih-Nya. Kita ada di dunia karena Tuhan tidak dapat tidak mengasihi kita dan ingin kita berbagi dalam kehidupan yang sempurna dalam Tritunggal. St Thomas Aquinas pun mengatakan bahwa kita hanya percaya dua ajaran dasar, dua “credibilia,” pertama, Tuhan itu ada, dan kedua, kita dikasihi dalam Yesus Kristus.

Kita sering menerima begitu saja hidup kita dan terlarut dalam masalah sehari-hari; kita jarang bertanya apa tujuan dan makna kehidupan ini. Namun, hal ini tidak mengurangi kebenaran bahwa Tuhan dengan penuh kasih menopang keberadaan, bahkan sampai ke bagian terkecil dari atom kita, dan peduli kepada kita, setiap detik dari hidup kita. Apakah kita sibuk melakukan pekerjaan, fokus pada urusan keluarga, atau hanya menikmati hobi, Tuhan terlibat dan memperhatikan. Jadi, terlepas dari Tuhan, hidup kita, kerja harian kita, dan kekhawatiran, kesedihan dan sukacita kita tidak ada artinya dan bahkan kembali ke ketiadaan. Merayakan Tritunggal Mahakudus berarti bersukacita dalam keberadaan kita sebagai karunia, dan memuliakan Tuhan yang sangat mengasihi kita.

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno OP

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini