Dalam pertemuan dengan Paus Fransiskus di Vatikan, para pemimpin Gereja Myanmar mengatakan bahwa mereka mendiskusikan dampak positif dari perjalanan paus ke negara mereka dan perlunya solusi internasional untuk penderitaan para pengungsi Rohingya.
Selain itu, menurut laporan Philippa Hitchen dari Vatican News tanggal 10 Mei 2018, para uskup Myanmar juga meminta Tahta Suci untuk menyelenggarakan konferensi internasional mengenai penderitaan rakyat Rohingya yang tidak memiliki negara. Mereka berada di Roma untuk bertemu Paus Fransiskus dan pejabat Vatikan guna membahas konflik etnis yang terus mengganggu negara mereka.
Paus melakukan kunjungan tiga hari ke Myanmar di bulan November tahun lalu, seraya mendesak umat Katolik, Budha dan semua anggota masyarakat untuk mengupayakan perdamaian dan rekonsiliasi di negara Asia Tenggara itu.
Perhatian utama selama kunjungan kepausan ke Myanmar dan negara tetangga Bangladesh adalah nasib ratusan ribu pengungsi Rohingya, yang lari menghindari konflik antara pasukan pemerintah dan pejuang kemerdekaan di negara bagian Rakhine utara.
Setelah pertemuan pribadi antara Paus dan para uskup Myanmar di Vatikan tanggal 8 Mei 2018, ketua Konferensi Waligereja Myanmar Kardinal Charles Bo berbicara kepada Vatican News tentang dampak kunjungan paus ke negaranya.
Kardinal itu mengatakan bahwa setelah kunjungan itu, “seluruh bangsa pada umumnya mulai memahami pesan Paus dan bahkan menghormati pribadi Paus serta Gereja Katolik.” Dan salah satu manfaatnya adalah bahwa para uskup “memiliki akses yang lebih mudah ke pemerintah”, termasuk ke para jenderal regional dan pemimpin militer tertinggi.
Kardinal Bo mengatakan bahwa secara pribadi dia meminta agar Paus Fransiskus mengirim pesan kepada Aung San Suu Kyi dan kepada Jenderal Min Aung Hlaing seraya menyerukan perdamaian di negara itu. Kardinal mengatakan bahwa Paus “mengatakan dia pasti akan melakukan hal itu.”
Berbicara tentang nasib pengungsi Rohingya, kardinal mengatakan dia “meminta apakah Sekretaris Negara Vatikan dapat menyelenggarakan “pertemuan internasional karena tidak ada dari negara-negara ini mau menerima orang-orang ini dan memberikan kewarganegaraan” kepada mereka. Dikatakan bahwa tidak jelas apakah Bangladesh, yang menerima bantuan internasional untuk para pengungsi, akan terus mendukung mereka ketika bantuan itu mengering.
Kardinal Bo mengatakan bahwa Bapa Suci setuju untuk “berbicara dengan Sekretaris Negara,” seraya menambahkan bahwa dia berharap konferensi dapat diselenggarakan di akhir tahun ini.
Kardinal juga mengatakan bahwa dia akan melakukan perjalanan ke negara bagian Rakhine di sebelah utara bersama kelompok Religions for Peace (agama-agama untuk perdamaian). Anggota-anggota kelompok itu, ditambah para duta besar Eropa akan bertemu dengan Aung San Sui Kyi tanggal 25 Mei dan kemudian terbang ke negara Rakhine “untuk melihat sendiri situasi itu.” Menurut rencana, lanjut kardinal, kelompok itu akan membuat laporan independen tentang apa yang mereka amati.(paul c pati menurut Vatican News)