Paus Fransiskus mengakhiri katekese tentang Misa dalam Audiensi Umum Rabu Paskah, 4 April 2018, yang bertema “Sukacita,” dan mengingatkan para peziarah bahwa bunga-bunga Paskah berbicara kepada kita tentang sukacita dan kegembiraan, sukacita yang kita rasakan dalam semakin terkenalnya Kristus Yang Bangkit, semakin besarnya pembenaran kita, semakin kudusnya Gereja.
Perayaan Paskah, tulis Christopher Wells dari Vatican News, berlangsung sepanjang masa Paskah, tetapi terutama dalam pekan ini, saat setiap hari dirayakan seperti Minggu Paskah. Paus meminta orang-orang memenuhi Lapangan Santo Petrus, Vatikan, itu untuk dengan penuh sukacita saling bersalaman sambil mengucapkan “Selamat Paskah,” dan juga mengajak mereka mengucapkan “Selamat Paskah” untuk “Paus Benediktus tercinta,” yang menurut Paus, sedang mengikuti perayaan-perayaan Paskah lewat televisi.
Katekese tentang Misa pada hari Rabu itu, lanjut Paus, berfokus pada ritus penutup, berkat dan pengutusan yang berlangsung sesudah doa penutup. “Dengan berkat, yang selalu mengikuti formula Trinitarian, Misa diakhiri sama seperti ketika dimulai dengan, “dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.”
Tetapi, kata Paus Fransiskus, penutupan liturgi itu bukanlah akhir dari kehidupan Kristiani kita, “Sebaliknya, itulah awal ‘komitmen kita terhadap kesaksian Kristiani.” Umat Kristiani, kata Paus, “jangan mengikuti Misa untuk memenuhi tugas mingguan dan kemudian melupakannya.” Orang Kristiani datang menghadiri Misa untuk berperanserta dalam Sengsara dan Kebangkitan Tuhan, dan kemudian hidup lebih baik lagi sebagai orang Kristiani. Misa hendaknya menuntun kita untuk berperan lebih besar dalam kehidupan Kristus, untuk bertindak seperti Yesus, dan itulah kekudusan umat Kristiani.”
Paus Fransiskus lalu menjelaskan bahwa kehadiran Kristus dalam Ekaristi tidak berakhir dengan Misa, tetapi berlanjut, “itulah sebabnya mengapa Hosti tersedia dalam tabernakel, baik untuk komuni bagi orang sakit dan untuk Adorasi. Ibadah Sakramen Mahakudus dalam Adorasi membantu kita untuk tinggal di dalam Kristus.”
Bapa Suci kemudian menggambarkan buah-buah Misa. Misa itu, kata Paus, laksana sebutir gandum “yang tumbuh dalam kehidupan kita sehari-hari, tumbuh dan matang dalam perbuatan-perbuatan baik, dalam sikap yang membuat kita lebih seperti Yesus.”
Kalau kita mengikuti Misa secara teratur, kata Paus, “kita bertumbuh bersama Kristus, dan semakin terpisah dari dosa. Sering ikut dalam liturgi itu memperbarui dan memperkuat ikatan kita satu dengan yang lain dalam komunitas Kristiani.” Dengan Misa, lanjut Paus, “kita melihat Kristus di dalam saudara dan saudari kita, di mana Dia menanti untuk ‘diakui, dilayani, dihormati, dan dikasihi’ oleh kita.”
“Dengan membawa harta kekayaan persatuan dengan Kristus,” kata Paus, “kita terus-menerus perlu kembali ke altar suci, sampai akhirnya, di firdaus, kita dapat merasakan sepenuhnya kebahagiaan dari pesta pernikahan Anak Domba.” (paul c pati)