Oleh Agapitus Batbual
Baru-baru ini, ketua Perkumpulan Lembaga Advokasi Peduli Perempuan (El-Adpper) Beatrix Meiwag Gebze berkunjung ke Stasi Kristus Raja Semesta Alam Kampung Poo, di Distrik Jagebob, Kabupaten Merauke, yang bersebelahan dengan Papua Nugini. Kelompok perempuan, yang dibentuknya untuk memperkuat persaudaraan dan melatih perempuan untuk mandiri dan terampil, itu khusus datang mengunjungi perempuan lokal di Kampung Poo yang mulai tergerak untuk menyimpan uang di bank.
Selama ini El-Adpper melihat perempuan Kampung Poo, warga Suku Marind yang umumnya beragama Katolik, tidak bisa memanfaatkan sumber alamnya karena usahanya hanya “menumpang saja” maka hasil panen harus dibagi dua dengan pemilik dusun. Namun, Beatrix senang melihat perempuan di sana ingin menabung dari hasil pendapatan berjualan hasil alam. “Walaupun hanya sedikit, tetapi kalau aga gerakan menabung sangat positif,” tegasnya.
Selain itu, El-Adpper mengamati lewat pertemuan dan kelompok diskusi, kaum perempuan Poo yang dililit banyak masalah menginginkan suasana baru, ketimbang tergantung pada sistem bagi hasil. Apalagi selama ini, hasil alam mereka hanya berakhir di gerobak sayur milik transmigran dari Distrik Jagebob. Mereka tinggal menelan air liur saja.
Perempuan Kampung Poo, tiga jam perjalanan dengan kendaraan roda empat dari Distrik Jagebob, sulit sekali memasarkan dagangannya karena sayur hasil pekarangan mereka sudah diborong habis oleh warga transmigran. Mereka hanya mengkonsumsi hasil kebun sendiri, “sedangkan ikan yang mereka tangkap dijual ke pedagang sayur yang biasanya membawa gerobak, plus hasil air sungai, buah-buahan dan lain sebagainya,” urai Beatrix Gebze.
Melihat kemauan baik untuk menyimpan uang atau menabung demi masa depan, El-Adpper bekerja sama dengan pihak BRI Unit Jagebob, dengan harapan informasi itu diberitakan ke kampung tetangga dan keinginan menabung itu didukung suami. Beatrix gembira karena di hari pertama terdaftar 16 nasabah dan di hari kedua menjadi 20 nasabah. BRI Jagebob memberikan perhatian khusus untuk Kampung Poo. Setoran dimulai 50.000 rupiah hingga 1.000.000 rupiah.
PEN@ Katolik mengamati perempuan Kampung Poo sangat antusias menabung. Salah satunya, Leonila Webtu, seorang janda yang menggantungkan hidupnya dari berjualan sayur serta dari ternak ayam dan sapi bantuan Pemda Merauke. Dia percaya, dengan menabung dia bisa menyekolahkan anaknya lebih tinggi.
Suatu ketika, ceritanya, anaknya yang bersekolah di SMP Negeri Jagebob meminta tambahan uang les. Namun dia hanya punya Rp. 50.000, yang langsung diberikan kepada anaknya. Dia pun menimba pengalaman warga transmigrasi, yang “dulunya tak punya apa-apa, tetapi sekarang punya rumah beton, karena menabung,” jelas ibu itu.
Meski menanam manga, nanas, bayam, katok, daun kelor, rebung dan banyak sayur lain di pekarangan rumah, dia mengeluh “kesulitan tak memiliki pasar yang memadai.” Kalaupun ada, tegasnya, “jaraknya sangat jauh.” Selain itu ada pengalaman pahit. Satu saat seorang penduduk dari kampung lain menawarkan pinjaman, tetapi bunganya sangat mencekik. Padahal mereka adalah ibu rumah tangga yang kebutuhan rumah tangganya hanya dari alam.
Karena itu dia menyambut baik dan berterima kasih kepada bank dan El-Adpper yang mulai mendatangi ibu-ibu di kampung itu. “Syukur lembaga El-Adpper mulai bergerak mendatangi masing-masing rumah,” katanya seraya berterima kasih juga kepada Dinas Peternakan yang memberikan bantuan sepasang ternak sapi dan beberapa pasang ayam.
Ketua Dewan Stasi Kristus Raja Semesta Alam Kampung Poo, Mathias Kwipalo, memberikan dorongan besar bagi perempuan kampung itu untuk menabung di bank, yang semuanya dimulai 12 Januari 2018, karena dia tidak mau pengalaman lalu terulang saat para perempuan di kampung itu ditipu oknum tertentu untuk menjalankan koperasi. “Apa yang mereka lakukan demi keluarga saat ini sangat bagus dan sangat positif,” tegasnya.
Ketua Credit Union Sinar Papua Selatan Pastor Cayetanus Tarong MSC menyebut kesadaran perempuan stasi itu bahwa menyimpan uang untuk masa depan itu penting, “sangat bagus.” Dikatakan, pasti ada masa suram yang dialami, “tetapi sekarang mereka mulai sadar betapa pentingnya simpanan untuk mengantisipasi suram tersebut.”
Kepada PEN@ Katolik imam itu mengatakan bahwa sikap menabung untuk mengatasi kebutuhan mendesak atau masalah darurat, untuk pendidikan, untuk perumahan dan untuk masa depan anak-anak sangat bagus. “Saya kagum dengan perempuan ini. Saya berpesan supaya ditingkatkan, dan jangan tunggu banyak baru tabung, karena hari esok memiliki cerita sendiri lagi,” kata Pastor Cayetanus seraya menegaskan bahwa segala urusan keluarga harus dimulai dari peran perempuan, dan kaum perempuan lokal di Papua Selatan harus giat menabung dari hasil usaha mereka sendiri.
Kepala Paroki Santa Perawan Maria Erambu Pastor Johanes Kota Sando Pr juga menyambut baik sikap menabung itu. “Walaupun tidak banyak seperti di kota Merauke, tetapi saat ini, makin banyak anggota asal Stasi Poo ini,” kata imam itu kepada PEN@ Katolik seraya menggambarkan bahwa pendapatan asli kampung itu cukup tinggi, tetapi kemauan menyimpannya belum cukup.***