Sebuah paroki di Timor sedang melakukan program pemberdayaan ekonomi umat dengan membagikan benih anakan bibit kopi kepada umat dan mewajibkan mereka menanam kopi minimal 100 pohon di kebunnya masing-masing. “Tugas pastor terutama melayani kebutuhan rohani umat, namun melihat tantangan ekonomi yang dihadapi umat semakin kompleks, maka Gereja memberikan perhatian pada upaya pemberdayaan ekonomi umat,” kata Pastor Kristo Tara OFM.
Kepala Paroki Hati Kudus Yesus Laktutus, Keuskupan Atambua, Timor Barat, NTT, itu berbicara dengan PEN@ Katolik, 4 Januari 2018, tentang program yang sudah dimulai dilakukan sejak 2017 itu. Hari itu, Pastor Kristo bersama umat dan Bupati Belu turun ke kebun ikut menanam anakan kopi.
Menurut Pastor Kristo, paroki tidak hanya mewajibkan umat menanam kopi, “tetapi memberi contoh dengan menanam 12.000 anakan kopi di area seluas 5-6 hektare di Bukit Laktutus yang merupakan merupakan hutan adat, namun kopi-kopi itu nanti akan menjadi milik paroki.”
Dijelaskan, hingga saat ini masih tersedia 30.000-an anakan bibit yang akan dibagikan ke setiap umat untuk menanam di kebunnya masing-masing. “Mimpi besar kita, ke depan Laktutus bisa menjadi salah satu sentra penghasil kopi di Belu,” tegas imam itu.
Program penanaman kopi, lanjut Pastor Kristo, merupakan bagian dari program parokinya guna meningkatkan ekonomi umat sesuai potensi lokal, dan juga merupakan terjemahan lanjutan dari Arah Dasar (Ardas) Keuskupan Atambua yang memfokuskan peningkatan ekonomi umat.
Sejak tahun lalu, Paroki Laktutus telah menerjemahkan Ardas itu lewat Budidaya Kopi sebagai salah satu program unggulan yang menjadi pusat perhatian Gereja setempat. “Pada akhirnya umat diajak dan dianimasi untuk memulai dan membangun kesadaran baru dalam meningkatkan ekonomi melalui budidaya tanaman jangka panjang sesuai potensi lokal yakni lewat kopi.”
Apa yang dilaksanakan paroki itu, menurut Pastor Kristo, didukung juga oleh pemerintah. Bupati Kabupaten Belu Willybrodus Lay mengatakan saat penanaman itu seperti dikutip oleh kepala paroki itu bahwa bupati mendukung dan tidak mengintervensi program-program Gereja berkaitan dengan peningkatan ekonomi dan lingkungan hidup.
“Tahun ini ada tiga paroki yang mendapat dana hibah dari Pemda untuk pembangunan gereja. Tetapi sebagai kompensasinya, Gereja mesti melakukan sejumlah kegiatan pelestarian lingkungan hidup seperti mereboisasi lahan kritis atau peningkatan ekonomi,” kata Bupati Willy. (Felixianus Ali)
semoga lebih baik kedepanya makasih