Belum lama ini, Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo berkumpul bersama sejumlah tokoh agama lain di kantor Pengurus Pusat Nahdatul Ulama (NU) untuk membuat pernyataan bersama berkaitan dengan klaim Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel.
Dalam pertemuan itu disepakati bahwa anggota dan warga dunia yang tergabung dalam organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seyogyanya mengikuti Resolusi PBB.
Tanggal 21 Desember 2017, sebanyak 128 negara menentang Presiden Donald Trump dan mendukung resolusi Majelis Umum PBB yang mendesak Amerika Serikat menarik pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Sementara itu, 9 negara menolak, 35 negara abstain, dan 21 negara tidak memberikan suara.
Dengan gambaran itu Mgr Suharyo menjawab pertanyaan seorang wartawan dalam acara konferensi pers dan penyampaian Pesan Natal yang berlangsung di Gedung Karya Pastoral Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), 25 Desember 2017.
Dalam acara yang dipandu oleh Kepala Bagian Humas Gereja Katedral Jakarta Sisyana Suwadie dan yang dihadiri puluhan jurnalis media cetak dan elektronik itu, Mgr Suharyo didampingi oleh Vikjen KAJ Pastor Samuel Pangestu Pr dan Kepala Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga Pastor Hani Rudi Hartoko SJ.
“Apa yang diungkapkan oleh Presiden Donald Trump ternyata tidak sesuai dengan Resolusi PBB. Alasan lainnya, umat Katolik tunduk kepada pimpinan tertinggi umat Katolik dunia di Roma yaitu Paus, yang selama ini secara eksplisit menolak apa yang dikatakan oleh Donald Trump,” kata Mgr Suharyo.
Lebih lanjut Mgr Suharyo mengatakan, pemerintah Indonesia telah menyatakan sikap sangat tegas menolak pernyataan Donald Trump, “maka sebagai umat Katolik yang ada di Indonesia mengikuti apa yang telah menjadi sikap dasar pemerintah Indonesia.”
Menurut Uskup Agung Jakarta itu, penyelesaian secara cepat atau lambat sangat tergantung dari kedua negara (Palestina dan Israel) dan konflik yang sedang melanda kedua negara itu bukan persoalan agama melainkan persoalan politik dan kemanusiaan yang telah berlangsung sejak bertahun-tahun lamanya.
Maka, lanjut Mgr Suharyo, peran negara lain di liar kedua negara itu adalah “memastikan dan memfasilitasi perundingan, sehingga menyelesaikan dengan cara damai tanpa kekerasan.”
Mgr Suharyo juga menjelaskan tentang Arah Dasar (Ardas) KAJ yang menekankan setiap tahun sejak 2016, umat Katolik merenungkan setiap sila Pancasila. Selama tahun 2017 umat Katolik merenungkan “makin adil dan makin beradab” dan tahun 2018 seluruh umat akan mendalami sila ketiga “Persatuan Indonesia.”
Setiap tema, lanjut uskup, direnungkan kemudian dijabarkan dalam berbagai kegiatan dan pembuatan Rosario Merah Putih merupakan salah satu kegiatan umat untuk mewujudkan setiap gagasan atau tema setiap tahun itu. “Umat Katolik dikenal sangat tekun berdoa kepada Bunda Maria, bukan hanya untuk dirinya dan keluarga tapi bagi bangsa dan negaranya. Lewat doa yang didaraskan itu, diharapkan masyarakat yang sejahtera bisa diwujudkan,” tegas uskup agung.
Gerakan untuk mencapai Indonesia sejahtera, menurut Mgr Suharyo, belum selesai dan umat Katolik sebagai bagian dari negara ini melakukan hal-hal itu, “bahkan menjadi habitus baru dalam kehidupannya.” (Konradus R. Mangu)