Kamis, Desember 19, 2024
26.2 C
Jakarta

Selasa, 21 November 2017

Zakeus

PEKAN BIASA XXXIII

Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah (P)
Santo Nikola Giustiniani

Bacaan I: 2Mak. 6:18-31

Mazmur: 3:2-7; R:6b

Bacaan Injil: Luk. 19:1-10

Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: ”Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: ”Ia menumpang di rumah orang berdosa.” Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: ”Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Kata Yesus kepadanya: ”Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Renungan

Zakheus adalah pemungut cukai yang bertindak tidak adil terhadap sesama. Tetapi ia juga korban dari kebencian masyarakat. Ia diberi label orang berdosa dan seakan selamanya ia harus membawa label atau cap itu ke mana pun ia pergi. Seakan tidak ada lagi kemungkinan atau kesempatan baginya untuk bertobat dan menjalani hidup yang lebih baik. Dengan kata lain, Zakheus adalah orang yang dikerdilkan oleh kebencian dan label yang diberikan masyarakat kepadanya. Perjumpaan Zakheus dengan Yesus adalah kritik bagi cara kita memperlakukan orang yang bersalah.

Zakheus bukan orang yang menikmati kejahatannya. Ia ingin dibebaskan, tetapi tidak dimungkinkan oleh stigma dan perlakuan masyarakat. Tetapi, ia tetap ingin mengalahkan kekerdilannya dengan memanjat pohon untuk bertemu dengan Yesus. Ia berusaha keras melampaui batas dirinya untuk bertemu dengan Yesus. Bukankah ini suatu tanda pertobatan?

Lalu, perjumpaan dengan Yesus mengubah segalanya. Yesus tidak mengatakan sesuatu yang luar biasa. Ia hanya memberi Zakheus kesempatan untuk mewujudkan niat pertobatannya. Kemudian, terjadilah sukacita itu. Zakheus bertobat dan berbagi sukacita dengan orang miskin dan semua orang yang pernah menjadi korban kejahatannya. Penghakiman dan kebencian hanya akan membuat semua orang terpenjara, sedangkan belas kasih dan pengampunan memerdekakan manusia.

Tuhan Yesus, curahkanlah semangat belas kasih kepadaku supaya aku tidak mudah menghakimi sesama, melainkan menerima setiap orang dengan kasih. Amin.

Renungan Ziarah Batin 2017

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini