Jumat, November 15, 2024
31 C
Jakarta

Jumat, 3 November 2017

the_meal_in_the_house_of_the_pharisee

PEKAN BIASA XXX (H)

Santo Martinus de Porrez; Santo Hubertus; Beato Pius Campidelli; Beato Rupert Mayert

Bacaan I: Rm. 9:1-5

Mazmur: 147: 12-13. 14-15. 19-20; R: 12a

Bacaan Injil: Luk. 14: 1-6

Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya. Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: ”Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka: ”Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?” Mereka tidak sanggup membantah-Nya.

Renungan

Santo Paulus menyampaikan ungkapan hatinya tentang betapa berharganya umat yang dilayani. Ia rela melakukan apa pun demi mereka. Manusia itu berharga, melebihi apa pun. Santo Paulus tentunya belajar dari Kristus yang menunjukkan dengan tegas betapa berharganya manusia di hadapan Allah. Dalam Injil dikisahkan peristiwa penyembuhan orang yang sakit busung air. Kisah penyembuhan itu menjadi kontroversi karena persoalan hukum: Yesus menyembuhkan di hari Sabat. Bagi orang Yahudi, tindakan Yesus adalah pelanggaran hukum yang bisa dikenakan sanksi berat. Tetapi, Yesus tetap memilih memperjuangkan hidup manusia. Pilihan Yesus ini kiranya menjadi pesan berharga bagi kita, bahwa hukum dan status menjadi relatif ketika berhadapan dengan keselamatan manusia.

Di dalam masyarakat yang hidup berdasarkan sistem dan peraturan, hal itu menjadi tantangan sulit. Yang meneguhkan kita adalah kenyataan bahwa Allah sendiri rela merendahkan diri dan melawan segala yang ”normatif dan lazim” demi memuliakan manusia? Kita diundang untuk belajar dari sikap Allah untuk memperjuangkan kehidupan dan keselamatan manusia, di atas hukum, status, derajat, suku, warna kulit, harta, dan kuasa.

Tuhan Yesus, ajari aku mencintai sesamaku dengan tulus dan berani memperjuangkan kehidupan dalam segala situasi. Amin.

Renungan Ziarah Batin 2017

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini