Senin, Desember 23, 2024
26.7 C
Jakarta

Rabu, 1 November 2017

Jesus, no sermão da montanha II

PEKAN BIASA XXX

HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS (P)

Bacaan I: Why. 7:2-4.9-14
Mazmur: 24:1-2.3-4ab.5-6: R:6
Bacaan II: 1Yoh. 3:1-3

Bacaan Injil: Mat. 5:1-12a

Sekali peristiwa ketika melihat orang banyak itu, naiklah Yesus ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: ”Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”

Renungan

Hari ini kita merayakan kekudusan, sebuah ”derajat” yang sering diidentikkan dengan kebahagiaan dan kemuliaan. Sabda Tuhan hari ini mengundang kita merenungkan kekudusan melalui dua teropong: rahmat dan harapan.

Pada prinsipnya, hanya ada satu yang kudus, yaitu Allah. Oleh karena itu, manusia sebenarnya hanya mengambil bagian dalam kekudusan Allah. Kekudusan manusia dimungkinkan oleh kasih Allah yang memberi ruang kepada manusia untuk hidup dalam kemuliaan dan kebahagiaan bersama-Nya. Maka, di titik pertama, kekudusan adalah pertama-tama rahmat Allah. Namun, kekudusan bukan sebuah program yang dipaksakan Allah kepada manusia. Oleh karena itu, di titik kedua, di sisi manusia, kekudusan adalah harapan. Bukan harapan yang menunggu, tetapi harapan yang diperjuangkan. Demikianlah Tuhan Yesus Kristus mengundang kita untuk menjadi bahagia melalui ”delapan jalan kebahagiaan”. Santo Yohanes menegaskan, ”semua orang yang mempunyai harapan ini terhadap Kristus, menjaga dirinya supaya sungguh-sungguh suci, bersih dari dosa sebagaimana Kristus juga suci” (1Yoh. 3:3).

Kita adalah manusia yang dirahmati sekaligus selalu dipenuhi harapan. Tidakkah itu sungguh membahagiakan?

Allah Bapa sumber belas kasih, berilah aku kekuatan dalam iman dan harapan untuk menghidupi kekudusan dengan sukacita. Amin.

Renungan Ziarah Batin 2017

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini