Hari Kami, 26 Oktober 2017, pukul 01.15, Linus Putut Pudyantoro yang telah mengabdikan dirinya sebagai pelatih dan penulis lagu Gereja meninggal dunia secara mendadak. Linus Putut Pudyantoro yang lahir di Palembang, 23 September 1964, meninggalkan dua putra (Dinus dan Stanis), sementara isterinya Ririn telah meninggal dunia karena sakit beberapa tahun yang lalu.
Jenazah dari Alumnus SD Pangudi Luhur Yogyakarta, Seminari Mertoyudan tahun 1980, dan penggagas Mia Patria Choir disemayamkan di rumah kediamannya di Jalan Pertengahan, Gang Arimbi nomor 89, RT 003/RW 007 Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Di sana akan dirayakan Misa Requiem pada Hari Kamis, 26 Oktober 2017, pukul 19.30. Rencananya Misa Pelepasan Jenazah akan dilaksanakan di Gereja Aloysius Gonzaga Cijantung, Jalan Pendidikan III Cijantung, Jakarta Timur, Jumat, 27 Oktober 2017, Pukul 12.00.
Salah satu maestro musik KAJ, pencipta lagu Gereja, pegiat paduan suara di Jakarta itu sering melakukan pelayanan di berbagai daerah dan terakhir melatih dan menjadi dirigen pada Tahbisan Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko di Lapangan Bhayangkara Akpol Semarang, 20 Mei 2017, dan pada Tahbisan Uskup Pangkalpinang Mgr Adrianus Sunarko OFM di Stadion Depati Amir Pangkalpinang, 23 September 2017.
Komponis Putut Pudyantoro, yang bersama Mia Patria Choir dengan anggota dari “golongan tidak mampu” telah tampil di berbagai pentas internasional dan sejumlah pameran Indonesia melalui gerak tari-tarian dan nyanyian di sejumlah negara di Eropa, telah banyak melahirkan komposisi-komposisi lagu-lagu rohani. Putut telah membawa musik etnik Indonesia ke dalam lagu rohani.
Pembuat album lagu rohani yang bisa mengiringi pendarasan doa koronka dan rosario itu pernah tampil bersama Mia Patria Choir di hadapan Paus Fransiskus saat Audiensi Umum, Rabu, 21 September 2016, dalam rangkaian lawatan budaya ke beberapa negara di Eropa.
Mereka melantunkan lagu-lagu daerah dan lagu kebangsaan Indonesia. Mereka diberi waktu dua menit, namun kemudian diminta terus menyanyi, mengiringi Paus masuk ke arena audiensi sampai berkeliling menyapa ratusan ribu peziarah. “Ternyata hampir 25 menit. Kami tak menduga Paus berhenti di depan kami dan memberikan berkat. Kami merasa takjub dan bersyukur,” kata Putut.(aop/pcp)