Sehari sebelum Pelantikan Serikat Kepausan Anak-Anak Misioner Indonesia (SEKAMI) Paroki Santo Yosep Katedral dari Keuskupan Agung Pontianak (KAP), 22 Oktober 2017, yang dipimpin oleh Direktur Diosesan Karya Kepausan Indonesia (KKI) KAP Pastor Gregorius Sabinus CP, anak-anak SEKAMI mengikuti rekoleksi bertema “Inilah Aku, Utuslah Aku” (Yesaya 6:8).
Rekoleksi yang dimaksudkan “sebagai pembekalan untuk membangun iman anak-anak sehingga siap diutus menjadi misionaris cilik di zaman ini,” membahas apa saja yang menjadi nilai misioner yang perlu dihayati oleh para misionaris cilik. Yang pertama tentang kepekaan hati untuk misi sejagat, “karena kepekaan hati menjadi ciri khas misionaris cilik yang siap diutus.”
Yang kedua tentang penghargaan terhadap hak dan martabat anak dan remaja. Dalam rekoleksi itu, menurut tim itu, anak-anak diajak memiliki sikap berbelas kasih seperti Allah, membuka pintu hati terhadap kesukaran orang lain, berbagai bentuk penderitaan tersembunyi, kemiskinan materi, juga beraneka ragam kesengsaraan seperti kesulitan hidup seorang anak, masalah berbelit dalam keluarga, tidak punya tempat tinggal, anak muda yang tidak melihat makna hidup, perempuan dan pria lanjut usia yang hidup sendirian, orang yang hidup dalam pengasingan, dan orang yang tidak dapat mengenyam pendidikan, seni, atau budaya.
Bahasan tentang sikap solider, sebagai yang ketiga, “mengajak misionaris cilik untuk menghormati lingkungan dan semua makhluk hidup, serta untuk mengolah tanah dengan bijaksana.” Dijelaskan bahwa bumi adalah milik Tuhan dan manusia menerimanya sebagai hadiah dan diberi amanat dengan tanggungjawab besar untuk memeliharanya, bukan memboroskan segala sumberdaya alamnya.
“Bumi merupakan tempat tinggal bersama dan saat ini ia sedang menderita dan terabaikan. Tidak boleh ada sikap masa bodoh saat menghadapi bencana lingkungan seperti banjir dan asap akibat kebakaran hutan, hilangnya seluruh keindahan alam, punahnya binatang-binatang, serta ancaman terhadap keanekaragaman hayati, atau penggundulan hutan secara besar-besaran di beberapa bagian tertentu bumi ini,” demikian anak-anak itu diyakinkan dalam rekoleksi.
Dalam perutusan, para peserta diminta meneladani dua pelindung karya misi yaitu Santo Fransiskus Xaverius dan Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus.
Kemudian di akhir rekoleksi, peserta dibekali beberapa buah rohani yang dapat dilakukan oleh remaja misioner yakni selalu menjadikan unsur perutusan sebagai nafas dalam setiap pertemuan misalnya dengan berdoa bagi tanah misi dan misionaris-misionaris asing.
Buah rohani lainnya adalah berani memberikan diri bagi orang lain atau sesama yang tersisihkan, mengupayakan kegiatan-kegiatan misi melalui pertemuan khusus, berbagi kasih dalam tindak nyata sehari-hari, dan memiliki komitmen pribadi dan kelompok sekomunitas dengan semangat 2D2K (Doa, Derma, Kurban, Kesaksian), (mssfic)