Jumat, November 22, 2024
33.6 C
Jakarta

Rabu, 20 September 2017

anak kecil duduk di pasar main seruling

Pekan Biasa XXIV

Peringatan Wajib Santo Andreas Kim Taegŏn, Imam, dan Paulus Chŏng Ha-sang, dkk Martir-Korea (M)
Santa Kolumba dan Pamposa; Santo Eustakius

Bacaan I: 1Tim. 3:14-16

Mazmur: 111:1-6; R: 2a

Bacaan Inji: Luk. 7:3135

Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak, ”Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”

Renungan

“Jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran” (1Tim. 3:15). Pertanyaan refleksi bagi kita: ”Bagaimana kita harus hidup sebagai keluarga Allah?” Nasihat Santo Paulus dan penegasan Yesus di dalam Injil hari ini menjadi pedoman kita. Dalam hidup bersama kita harus mendasarkan diri kita pada Kristus sebagai pokok iman kita. Kita harus memiliki suatu prinsip dan keputusan dan tidak hidup dalam garis ”abu-abu” sebagaimana dalam Injil hari ini dikatakan: ”Kami meniup seruling bagimu tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis” (Luk. 7:32). ”Jika ”Ya” katakanlah ”Ya” dan jika ”Tidak” katakanlah ”Tidak” selebihnya adalah dari setan”.

Dalam konteks hidup kita yang kadang membuat ambigu oleh karena berbagai tawaran, hendakya kita memiliki suatu prinsip hidup bersama, yakni supaya kita sama-sama membangun tubuh mistik Kristus, yakni Gereja. Ini berarti kita harus menyingkirkan segala kepentingan pribadi, egoisme, demi hidup bersama sebagai keluarga Allah: Hidup rukun, damai, saling memaafkan, saling membantu dengan ikatan kasih dan persaudaraan.

Tuhan Yesus, semoga aku selalu mengusahakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi atau kelompokku. Mampukanlah aku untuk bertindak tegas pada diriku sendiri. Amin.

Renungan Ziarah Batin 2017

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini