PEKAN BIASA XXII (H)
Santa Rosa dari Viterbo; Musa, Nabi
Bacaan I: 1Tes. 4:13-17
Mazmur: 96:1.3-5.11-13; R: 13
Bacaan Injil: Luk. 4:16–30
Sekali peristiwa datanglah Yesus di Nazaret, tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab Nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: ”Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: ”Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: ”Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Maka berkatalah Ia kepada mereka: ”Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” Dan kata-Nya lagi: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Renungan
Konon, di era globalisasi ini, bisnis yang bisa eksis dan sukses akan terwujud jika terbangun team-work dan net-work yang solid dan valid. Jika tidak, cepat atau lambat akan kolaps. Ternyata ini bukan merupakan hal yang baru. Fakta bahwa 2000 tahun yang lalu, sudah dilakukan oleh Yesus ketika Ia memulai membangun Kerajaan-Nya.
Jika kita jujur dan terbuka, Tuhan selalu mengirim orang-orang di sekitar kita untuk membangun kesejahteraan, kebahagiaan, keadilan, dan damai sejahtera. Misalnya dalam konteks hidup berkeluarga. Tuhan mengirimkan pasangan masing-masing, orangtua, ayah-ibu, anak-anak, saudara-saudari juga para sahabat dan kenalan. Dalam konteks panggilan hidup menjadi imam dan biarawan biarawati, ada rekan-rekan anggota komunitas dan para voluntir awam yang siap membantu dan bekerja sama. Bahkan Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus siap terlibat dalamteam dan net work Anda. Apakah Anda mau melibatkan mereka?
Ya Allah Tritunggal yang Mahakudus, semoga dengan kekuatan rahmat-Mu, aku mampu merasakan dan mengalami penyertaan-Mu salam hidupku. Amin.
Renungan Ziarah Batin 2017