Membaca undangan berhiaskan burung garuda yang berbunyi, “DIONESIA NADYA DEWAYANI, ILLUSTRATION AND DESIGN EXHIBITION, Galaxy Mall, Main Lobby (J.CO, Frank & Co, etc), Aug 28-Sept 3, 2017, www.dnd-design.com, @dionesianadya,” muncul keinginan untuk mengetahui siapa tokoh yang akan membuat pameran itu.
Namanya jelas, Dionesia Nadya Dewayani. Karena ingin tahu lebih lanjut siapa Nadya itu, jari mengklik link di atas, dan tampillah aneka ilustrasi dan desain karya Nadya, salah satunya adalah desain berjudul Pancasila dengan pola-pola bertema Indonesian Independence Day. Oh, mungkin itu alasannya ada garuda di undangan itu, mungkin Nadya masih ingin merayakan HUT Hari Kemerdekaan Indonesia.
Dan ketika mengklik “About”, nampaklah wajah asli Nadya yang memperkenalkan diri. “Dionesia Nadya Dewayani adalah seorang ilustrator dari Surabaya. Sebagai ilustrator, Nadya memilih bukan hanya melihat sesuatu apa adanya tetapi sesuatu itu bisa jadi apa. Tuntutan kreatif pekerjaan ini membawa sukacita bagi hidupnya dengan membiarkan sebagian jiwa anak-anaknya tetap hidup,” tulis Nadya yang meyakini, karya para ilustrator seharusnya tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan orang lain, tapi juga memuaskan seniman sendiri.
Masih penasaran, ternyata berbagai informasi menjelaskan bahwa warga Paroki Santo Yakobus Surabaya itu adalah putri kedua dari pasangan Direktur PT Ciputra Development Tbk, Sutoto Yakobus, dan Lusiana. Sejak kecil, gadis kelahiran 17 Mei 1995 itu memang senang seni menggambar. Bakat itu semakin berkembang saat studi ilustrasi (major) dan fibers (minor) di Savannah College of Art and Design (SCAD) di Georgia, AS, sejak 2013. Dia berhasil lulus Juni 2017 dengan predikat tertinggi, summa cum laude.
Selain membuat ilustrasi pada website perusahaan PT Cipta Nusa di Surabaya dan pada booklet PT Ciputra Surabaya, Nadya ternyata berhasil di luar negeri. Sejak Januari hingga Juni 2016, ia sukses membuat ilustrasi untuk buku cerita anak berjudul “Woofy Woo Woo.” Karya penulis dari Inggris, Louise Elisabeth Robertson, itu memenangkan penghargaan kategori Children Picture Book: Soft Cover Edition pada The 9th Annual International Book Awards 2017 di Los Angeles.
Nadya pun berhasil mengikuti program kampus selama 10 hari yakni Collaborative Learning Center (CLC) yang bekerja sama dengan berbagai perusahaan besar AS di bidang industri kreatif. Saat itu, para mahasiswa terpilih, termasuk Nadya, mendapat kesempatan membuat komik bagi perusahaan Lowe’s. Selama kuliah, dia mendapat penghargaan saat menampilkan karyanya di Fibers Open Studio di Savannah Februari 2017, di SCAD Anthology Mei 2016, di SCAD Illustration Expo Mei 2016, dan di Art Direction’s Day.
Namun yang menarik, saat berlibur tahun 2014, Nadya diminta oleh Pastor Paroki Redemptor Mundi Surabaya, yang dijalankan oleh para imam Dominikan (OP) untuk memamerkan beberapa karyanya pada Konferensi Bersama 2014 Justice, Peace and Care of Creation (JPCC) Asia-Pasifik dan Journées Romaines Dominicaines (JRD) yang berlangsung di Surabaya, 11-16 Agustus 2014.
JRD adalah pastor, suster, dan awam Dominikan (OP) yang bekerja di negara-negara atau komunitas-komunitas Muslim dan rutin berbagi pengalaman dialog dengan umat Islam, dan JPCC adalah kelompok pastor, suster dan awam OP yang berkarya untuk keadilan, perdamaian dan kepedulian terhadap ciptaan yang juga rutin berbagi pengalaman mereka dalam karya-karya itu.
Pastor itu meminta dia “menghidupkan kembali” kisah “Orang Samaria yang Baik Hati” melalui lukisan yang menggambarkan bagaimana menjadi manusia yang baik manakala tak ada orang mengharapkan dia bisa demikian. Keempat gambar itu bisa dilihat di blognya “Sono Sini.”
“Saya memahaminya dan menciptakan cerita berdasarkan karakter pria tua pemarah. Ceritanya dimulai dengan pengenalan karakter. Di bingkai pertama, orang tua itu berada di gang, pada tempat yang lebih gelap dan lebih malang dalam masyarakat. Karakter itu lebih diperkenalkan pada frame kedua dan klimaksnya pada frame ketiga. Meskipun pada pandangan pertama nampak tidak enak bagi orang tua itu, tapi dia segera menyadari bahwa kejadian menjengkelkan adalah titik balik dalam hidupnya dan di sanalah dia menemukan kebahagiaan sejati karena dicintai, bahkan dengan cara dan waktu yang tidak terduga.”
Setelah lulus, Nadya pulang ke Indonesia. Kepada sebuah media, Nadya mengatakan bahwa di negara maju, peran ilustrator sangat penting, dan “mereka rata-rata menghasilkan karya yang menonjolkan budaya atau ciri khas negaranya. Makanya, saya ingin berbuat itu di sini.”
Mengakui potensi ilustrator dan desainer di Indonesia masih cukup luas dan menjanjikan, Nadya mulai rajin membuat pameran. Tujuan akhirnya ingin melengkapi Indonesia dengan aneka ilustrasi dan desain bermutu karena selain desainer Nadya ingin membuka usaha sendiri bidang industri kreatif, langsung di bidang produksi, dengan mengerjakan produksi sendiri atau menjual desain ke perusahaan lain.
Tanggal 3-6 Agustus 2017, Nadya membuat pameran tunggalnya di Ciputra World Surabaya dengan menampilkan 12 karya terbaiknya di bidang ilustrasi digital juga karya printing, poster, video animasi, dan motif kain. Yang berbeda, katanya kepada sebuah media, ciri khas karyanya adalah kombinasi antara goresan manual dan pewarnaan serta finishing digital.
Desain motif garuda juga ditampilkan. Dengan tugas sekolah itu, “aku pengin menunjukkan jati diri, supaya desainku nggak mainstream dan kebaratbaratan,” jelas Nadya tentang desain yang ingin merayakan HUT Proklamasi kemerdekaan itu karena di situ terlibat bagaimana garuda mengikuti kegiatan upacara dan salah satu permainan 71-an, yakni balap karung.
Lalu, ada apa lagi untuk pameran 28 Agustus sampai 3 September 2017? Ngak usah mencari tahu lagi, lebih baik tutup laptop atau ponsel dan langsung datang ke Galaxy Mall, Surabaya, karena yakin dia anak bangsa yang menjunjung tinggi Pancasila dalam karya ilustrasi dan desainnya.(ak/pcp)