PEKAN BIASA XX (H)
Santa Rosa da Lima, Perawan; Santo Filipus Benizi; Beato Berardus dari Offida, Biarawan
Bacaan I: Hak. 9:6-15
Mazmur: 21:2-7; R:2a
Bacaan Injil: Mat. 20:1–16a
Sekali peristiwa Yesus mengemukakan perumpamaan berikut kepada murid-murid-Nya: ”Hal Kerajaan Surga itu sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan mereka pun pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi.
Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi mereka pun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.”
Renungan
Adil dapat berarti memberikan hal yang sama kepada setiap orang, tetapi dapat berarti juga memberikan kepada tiap-tiap orang sesuai dengan hak dan kebutuhannya. Dalam arti yang pertama, kita dapat dinilai tidak adil jika ada orang yang mendapatkan lebih/kurang dari yang lain. Banyak orang mengerti keadilan seperti itu sehingga selalu menuntut kesamaan bagi setiap orang.
Dalam Injil, tuan tanah dinilai bersikap tidak adil oleh para pekerja karena membayar kepada semua orang masing-masing 1 (satu) dinar padahal jam kerja mereka berbeda-beda. Mereka yang datang lebih awal berharap akan mendapatkan lebih banyak. Tetapi tuan tanah itu merasa bahwa ia bersikap adil karena ia membayar mereka sesuai perjanjian, dan merasa bahwa ia bebas berbuat sesuai kehendaknya. Dengan perumpamaan itu, Yesus mengajarkan sikap dan keadilan Allah yang mengganjar kita sesuai perjanjian. Lebih dari itu, Allah itu murah hati, yang memberi kepada kita sesuai kemauan dan kehendak-Nya. Sikap dan keadilan Allah seperti itu sering menimbulkan kecemburuan ketika orang mengalami dan menilai bahwa orang lain mendapatkan karunia lebih dari yang ia dapatkan.
Ya Allah, berilah aku kebijaksanaan untuk bersikap adil sesuai kehendak-Mu. Amin.
Renungan Ziarah Batin 2017