Jumat, November 22, 2024
29.4 C
Jakarta

Yayasan Pendidikan Dominikus Yogyakarta laksanakan rekoleksi mini dan bagikan penghargaan

IMG_8089
Beberapa guru mendapat penghargaan karena memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan yayasan. Foto PEN@ Katolik/soni

Untuk memperingati Pesta Santo Dominikus 8 Agustus 2017, Yayasan Pendidikan Santo Dominikus Cabang Yogyakarta mengadakan rekoleksi mini saat semua guru dan karyawan mengadakan kontemplasi pribadi dan dipersembahkan dalam Misa, di Aula SMP Joannes Bosco Baciro, Yogyakarta.

Sebanyak 135 guru dan karyawan dari enam unit, yakni SMA dan SMK Dominikus Wonosari, TK dan SD Rawaseneng, serta SD dan SMP Joannes Bosco Yogyakarta, hadir dalam rekoleksi dan Misa 5 Agustus 2017 yang dipimpin Pastor Fransiscus Purwanto SCJ. Imam itu mengingatkan para guru dan karyawan untuk membahasakan sendiri motto Ordo Pewarta yakni “Laudare, Benedicere, dan Predicare” (memuji, memberkati, dan mewartakan).

Sebelum rekoleksi mini itu, para guru dan karyawan melaksanakan Pekan Studi Dominikan yang dilaksanakan tanggal 17, 18, 24, 25, dan 26 Juli 2017. Materi pekan studi meliputi Arti Kontemplasi, Memahami Dominikus sebagai Pewarta, Peran Pewarta Pendidikan pada era Digital, Aksi Seorang Dominikan sebagai Pewarta, dan Komitmen sebagai Seorang Pewarta di bawah naungan Yayasan Santo Dominikus sebagai pelindung Yayasan.

Dalam rekoleksi mini itu semua guru dan karyawan melaksanakan kontemplasi dengan merenungkan arti menjadi pewarta dalam karya pada era digital atau menjadi pewarta yang kekinian. Sesi kontemplasi ini diwujudkan dalam bentuk memilih gambar dan mewarnai sesuai karakter masing-masing pribadi serta menuliskan refleksi arti menjadi pewarta secara pribadi.

Menurut bidang pastoral yayasan itu, Suster  Theodora OP, hasil kontemplasi itu disharingkan dalam kelompok-kelompok. “Misalnya kelompok SD Joannes Bosco ingin menjadi pewarta yang melayani dan kami akan saling mengingatkan untuk itu,” katanya kepada PEN@ Katolik.

Bahkan suster itu mengaku, persoalan di masa teknologi modern dengan internet dan medsos, “bisa mudah kami hadapi dengan semangat Santo Dominikus melalui studi dan doa, karena cara itulah yang kami temukan di tahun studi ini, itulah cara yang harus dilewati untuk menjadi pewarta atau pengajar.”

Dalam pekan studi, lanjut Suster Theodora, peserta belajar bagaimana HP digunakan sebagai sarana pewartaan dan bagaimana guru tidak dikuasai atau diperbudak oleh HP. “Kami harus gunakan HP untuk pewartaan. Itu maksudnya pekan studi lima hari yang kita lewati. Kami belajar juga bagaimana Santo Dominikus berdoa dan berkontemplasi.”

Dari diskusi tentang penggunaan HP, panitia berharap para guru bukan meninggalkan HP tapi tahu menempatkannya atau menggunakannya, sehingga lebih konsentrasi dalam pertemuan atau percakapan langsung dengan orang lain, “karena kami sadar, sebagai guru pun, kalau ada istirahat sebentar yang kami cari adalah HP.”

Pembicaraan itu belum sampai membicarakan bagaimana anak-anak menggunakan HP. “Lebih dulu bagi para guru. Nanti aplikasi materinya sama kepada anak. Kita pun belum mengevaluasi apa yang anak temukan dengan menggunakan HP. Tapi materinya sama, bagaimana HP dimanfaatkan secara tepat. Nanti guru kelas akan mengapilkasikan kepada anak. Benar, guru juga mengatakan bahwa ada aplikasi untuk mencari materi, tetapi kenyataannya dalam pertemuan banyak guru asyik sendiri dengan HP.”

Semangat Santo Dominikus terasa menyemangati sekolah-sekolah di yayasan itu. Agnes Indiah Ekowati yang sudah 14 tahun sebagai guru IPA sekaligus wakil kepala sekolah bagian kurikulum SMP Joannes Bosco mengatakan kepada PEN@ Katolik bahwa dirinya menjadi lebih peka menghayati enam semangat Santo Dominikus dan melaksanakan enam pilar itu dalam kehidupan dan karya sebagai sarana untuk menghayati hidup yang lebih baik. “Sebagai guru dan pewarta saya juga menanamkan nilai-nilai kehidupan sebagai bekal dan pembentukan karakter peserta didik agar generasi masa depan lebih baik.”

Penghargaan  

Sesudah mengendapkan hasil kontemplasi yang dipersembahkan dalam Misa, di hadapan para sesepuh yayasan pendidikan itu antara lain Suster Lusia OP sebagai pembina yayasan, serta Suster Gema OP dan Suster Patricia, dilaksanakan penyerahan penghargaan yang dipimpin Kepala Yayasan Pendidikan Santo Dominikus Cabang Yogyakarta Suster Serafine OP.

“Tahun ini disediakan penghargaan. Isinya, kerja keras dan dedikasi bapak-ibu selama setahun,” kata Suster Serafine seraya mengundang guru atau karyawan yang memenuhi kriteria yayasan yakni, wali kelas semua unit yang komunikatif positif dengan orangtua, TK dan SD Fatima yang mampu mengekspresikan diri tanpa bantuan ahli dalam Gelar Budaya Timun Mas, SMA Dominikus dalam mengikuti penutupan Even Dominic Basket Competition 2017, SMK Dominikus sebagai penyelenggara Ujian Praktek Bahasa Jawa saat anak-anak bermain drama dengan bahasa Jawa, SMP Johanes Bosco yang menunjukkan kesetiaan bapak-ibu guru berdinamika di unit sekolah, SD Joannes Bosco yang masuk 10 Besar Hasil Ujian Sekolah, dan SD Johanes Bosco yang memproduksikan dua buku cerita karya anak-anak SD.

Selain kriteria yayasan, diberikan juga penghargaan berdasarkan kriteria masing-masing unit yakni guru yang menemani anak-anak membuat karya ilmiah remaja sampai tingkat nasional, yang selalu siap membantu teman guru dan sekolah, yang sangat gigih mencari murid, yang selalu disiplin, yang selalu disiplin dan siap membantu teman, yang aktif serta mendorong dan mendampingi anak-anak dalam kegiatan, yang selalu disiplin pembelajaran dan administrasi, yang mendorong anak-anak untuk semangat menulis, yang dipilih teman karena inovatif dan kreatif dalam pembelajaran, yang dipilih teman karena tertib dalam administrasi pembelajaran.

Sesudah penyerahan penghargaan itu terdengar lagu “Terima Kasih Guruku” untuk empat guru yang memasuki masa purna waktu yakni Yustinus Sugiarto, Alexander Winarno, Antoanet Murtiningsih, dan Robertus Cahyadi. Suster Serafine OP pun memanggil mereka naik ke panggung dan menyerahkan kenang-kenangan.

Sugiarto yang mulai bergabung dengan yayasan itu tahun 1984 menegaskan, “Santo Dominikus menjadi pedoman hidupku dalam menjalani  30 tahun lebih sebagai guru di yayasan ini.” .Sementara itu, Cahyadi yang sudah mengabdi sejak 1981 atau 36 tahun, 33 tahun di antaranya sebagai wali kelas 6, hanya terkesan dengan satu kalimat Santo Dominikus: “Belajar, lakukan, ajarkan!” Maka, sebelum memberikan tugas kepada anak didik “saya selalu melakukannya terlebih dahulu,” demikian guru yang selalu diibaratkan dengan HP, “cashing-nya jelek, tapi signalnya kuat.” (paul c pati)

IMG_7989
Dalam sesi kontemplasi para guru memilih gambar dan mewarnai sesuai karakter masing-masing pribadi serta menuliskan refleksi arti menjadi pewarta secara pribadi. Foto PEN@ Katolik/soni
IMG_8031
Sewlain para suster yunior, para suster senior termasuk Suster Lusia OP, Suster Gemma OP dan Suster Patricia OP juga hadir dalam acara itu. Foto PEN@ Katolik/soni
IMG_8188
Empat guru, bersama pasangannya, yang memulai masa purna waktu bergambar bersama Ketua Yayasan Sr Serafine OP (paling kiri). Foto PEN@ Katolik/soni
IMG_7987
Dalam sesi kontemplasi para guru memilih gambar dan mewarnai sesuai karakter masing-masing pribadi serta menuliskan refleksi arti menjadi pewarta secara pribadi. Foto PEN@ Katolik/soni
IMG_8036
Sebanyak 135 guru dan karyawan hadir dalam Rekoleksi Mini. Foto PEN@ Katolik/soni
IMG_8063
Beberapa guru mendapat penghargaan karena memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan yayasan. Foto PEN@ Katolik/soni
IMG_8141
Beberapa guru yang mendapat penghargaan karena memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan unit sekolah masing-pmasing. Foto PEN@ Katolik/soni

IMG_8232

IMG_8242
Guru dan karyawan baru memperkenalkan diri. Foto PEN@ Katolik/soni
Hasil kontemplasi yang dipersembahkan dalam Misa. Foto PEN@ Katolik/soni
Hasil kontemplasi yang dipersembahkan dalam Misa. Foto PEN@ Katolik/soni

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini