PEKAN BIASA XVII
Peringatan Wajib: Santo Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja (P)
Bacaan I: Kel. 33:7-11; 34:5b-9.28
Mazmur: 103:6-13; R:8a
Bacaan Injil: Mat. 13:36–43
Pada suatu hari Yesus meninggalkan orang banyak, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: ”Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” Ia menjawab, kata-Nya: ”Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”
Renungan
Sudah banyak terjadi, dalam keadaan kalap manusia dapat melakukan hal apa saja, bahkan yang paling keji dan sadis sekalipun. Itulah sebabnya, Santo Ignasius dalam Latihan Rohani, mengingatkan kita untuk tidak mengambil suatu keputusan ketika dalam keadaan diri dan disposisi batin yang ekstrem, baik senang maupun susah. Suatu keputusan mestinya lahir dari suatu ketenangan batin.
Musa menyediakan suatu tempat pertemuan dengan Allah, yang diberi nama Kemah Pertemuan, sebagai tempat baginya dan orang-orang Israel untuk mencari Allah. Ia menempatkan kemah itu di luar perkemahan agar dalam keheningan mereka dapat mendengarkan Sabda Allah. Kemah dan tiang awan di atasnya menjadi tanda bagi bangsa Israel bahwa Allah ada dan sedang berbicara dengan Musa. Perumpamaan yang disampaikan Yesus melukiskan kesabaran Allah terhadap anak-anak manusia. Allah membiarkan gandum dan ilalang tumbuh bersama, namun tahu dengan pasti kapan saat menuai dan memisahkan biji gandum dari buah ilalang. Kesabaran dan waktu yang diberikan Allah mestinya ditanggapi dengan kemauan dan usaha untuk mencari Allah yang menuntun jalan hidup setiap orang. Mencari dan berbicara dengan Allah dalam keheningan adalah jalan dan cara untuk menghadapi persimpangan antara kebaikan dan kejahatan.
Ya Allah, berilah aku kerinduan untuk selalu mencari dan menemukan Engkau di saat aku harus memilih. Amin.
Renungan Ziarah Batin 2017