Senin, Desember 23, 2024
26.1 C
Jakarta

Sabtu, 29 Juli 2017

Gandum

PEKAN BIASA XVI 

Peringatan Wajib Santa Marta (P);

Santa Simplisius; Santo Faustinus dan Beatriks

Bacaan I: Kel. 24:3-8
Mazmur: 50:1-2.5-6.14-15; R:14a
Bacaan Injil: Mat. 13:2430

Pada suatu hari Yesus membentangkan suatu per­umpamaan lain lagi kepada orang banyak, kata-Nya: ”Hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”

Renungan

Setiap niat selalu harus diuji dalam kesetiaan untuk menaati apa yang telah dijanjikan. Bangsa Israel sampai dua kali mengucapkan janji, ”Segala firman yang telah diucapkan Tuhan itu, akan kami lakukan” (Kel. 24:3.7). Perkataan itu oleh Musa diikat dengan darah korban sebagai lambang perjanjian dengan Tuhan. Akan tetapi, semua itu harus diuji dalam kesetiaan. Ketika menggambarkan Kerajaan Surga, Yesus mengisahkan perumpamaan tentang benih gandum dan lalang. Tuhan hanya menaburkan benih yang baik, tetapi benih lalang ditaburkan oleh musuh di sela-sela gandum di ladang (bdk. Mat. 13:25-27). Ada hal-hal di dunia ini yang mengganggu dan menghambat pertumbuhan iman murid-murid Kristus. Tuhan mengutus para murid-Nya ke tengah dunia yang tidak selalu menyambut mereka dengan sikap yang bersahabat. Benih-benih ketidaksetiaan mungkin tumbuh bersama dengan benih-benih yang baik.

Dalam perjalanan iman kita, baik di keluarga maupun di tengah masyarakat, godaan untuk tidak setia selalu muncul pada suatu saat. Kita masih melihat ada perselingkuhan dan pengkhianatan dilakukan, bahkan kadang-kadang oleh saudara yang seiman; ada praktik korupsi, perjudian, ketidakjujuran, dsb. Diperlukan keteguhan hati bahwa melalui pembaptisan yang telah kita terima, Tuhan telah berjanji mengasihi dan membahagiakan kita. Kita pun mau setia pada perjanjian itu, karena Ia selalu setia.

Tuhan Yesus, teladan kesetiaan, kasih-Mu senantiasa cukup bagi mereka yang tinggal dekat pada-Mu. Semoga aku pun dapat menjadi teladan kesetiaan bagi saudara-saudaraku dalam perjalanan iman di dunia ini. Amin.

Renungan Ziarah Batin

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini