Bunyi gamelan Bali mengiringi tari Sekar Jagad yang dibawakan dua mahasiswi dari Keluarga Mahasiswi Hindu Dharma Indonesia. Musiknya yang dinamis ditambah gerak tari yang atraktif membuat acara Syawalan Kebangsaan di ruang lobi DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta makin semarak, 22 Juli 2017.
Acara bertema “Merajut Silaturahmi Memperkokoh NKRI” itu menampilkan sejumlah kesenian lintas budaya seperti pantomim yang dibawakan Jemek Supardi, pentas musik Erhu oleh Siong Hien, Tarian Sufi oleh penari dari Pondok Pesantren Al Ishlah Semarang, musik kecapi Sunda dan hadrah oleh Hikmah Salam.
Selain lagu-lagu bertema kritik sosial oleh seniman Bram Makahekum, terdengar pula beberapa lagu oleh kelompok musik penggemar lagu-lagu Koes Plus yakni Kranggan Band. Di sela-sela penampilan kesenian diselenggarakan juga talkshow yang menghadirkan tokoh-tokoh lintas agama.
Acara yang digelar atas kerja sama Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Komisi HAK KAS) dengan Gerakan Rakyat Pancasila (Gerak Pancasila) itu dihadiri sekitar 400 orang.
Dalam sambutannya ketua Gerak Pancasila Widihasto Wasana Putera mengatakan, Pancasila merupakan perjanjian luhur para bapak pendiri bangsa yang harus dijaga, dirawat dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Jadi prinsip ketuhanan, prinsip kemanusiaan, prinsip persatuan, prinsip musyawarah mufakat dan keadilan itu merupakan prinsip-prinsip yang mengikat keanekaragaman agama, suku, budaya yang ada di Indonesia,” katanya.
Dalam talkswow, sejumlah tokoh agama menyampaikan pemikirannya terkait dengan kehidupan bangsa Indonesia. Seorang tokoh Kristen, Andar Rujito menegaskan perlunya pendidikan multikultur yang diturunkan dari Pancasila bagi kaum muda dan siswa-siswi sekolah.
“Kita terus memacu bagaimana menjadikan bangsa ini semakin mulia dan bermartabat dengan salah satunya melalui pendidikan. Karena hanya pendidikan itulah yang kita yakini bisa mentransfer tidak saja ilmu tapi juga nilai-nilai karakter bangsa. Kita harus bangun keyakinan untuk menjadikan bangsa ini bangsa yang bersatu. Maka, penting sekali ada pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural itu sangat penting yang selama ini kadang-kadang diabaikan,” kata kepala sekolah sebuah sekolah swasta di Yogyakarta itu.
Seorang tokoh Islam Muhammad Azhar mengapresiasi acara tersebut supaya diperbanyak. “Untuk konteks kebangsaan, acara-acara seperti ini harus diperbanyak. “Mungkin, selama ini kebhinekaan agak dilupakan. Maka, hal seperti ini merupakan revitalisasi,” katanya.
Pengajar di sebuah universitas itu juga menegaskan, Pancasila yang merupakan konsensus bersama para pendiri bangsa dari berbagai agama itu perlu disosialisasikan dengan memakai kemasan yang menarik.
Sedangkan Komandan Kodim 0734 Yogyakarta Letkol Rudi Firmansyah berharap acara itu diviralkan demi menggelorakan semangat Pancasila. “Yogya adalah bingkainya NKRI atau miniaturnya NKRI. Sehingga yang terjadi di Indonesia akan bergaung ke mana pun. Di Yogya terjadi isu kebhinekaan, di kota lain pun akan cepat terjadi isu itu juga,” katanya.
Ketua Komisi HAK KAS Pastor Aloys Budi Purnomo Pr mengatakan, acara itu merupakan rangkaian dari tiga tempat yaitu Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Dalam waktu mendatang, acara serupa akan digelar di daerah Magelang. (Lukas Awi Tristanto)