Pastor Heinrich Bollen adalah misionaris SVD asal Jerman yang dikenal luas di Maumere karena karya monumentalnya dalam membangun kehidupan sosial ekonomi orang Sikka. Namun, tanggal 2 Juli 2017 merayakan HUT ke-88, anak kedua dari Pasutri Johann Bollen dan Katharina Leitheiser itu memilih tinggal di Sea World Club, Waiara, Maumere, yang didirikannya, karena kondisi kesehatan menurun.
Sepertinya, pastor pariwisata Indonesia Timur itu mau menyiapkan hari-hari senja kehidupannya di villa itu, sebuah cottage pantai yang sudah mendunia.
Di sana imam itu tetap menjalankan pastoral khusus untuk pendampingan rohani bagi turis mancanegara sekaligus mempromosikan Cottage Sea World Club dan mengiklankan Flores lewat berbagai dokumen audio-visual perihal kehidupan sosio-budaya orang Flores dan panorama indah Flores.
Tidak sekedar memperkenalkan Flores, Pastor Bollen telah membangun jaringan internasional peduli Flores, sehingga banyak orang menjadi mitra personal Yayasan Sosial Pembangunan Masyarakat (YASPEM) yang didirikan pastor itu. Mereka memberikan kontribusi melalui berbagai cara untuk kegiatan pemberdayaan warga Flores.
Ketika menjadi kepala paroki Watublapi (1962-1974), tiga prioritasnya adalah memerangi kelaparan yang selalu terjadi setiap tahun, mengatasi krisis air selama musim kering, dan melakukan sesuatu melawan pelbagai penyakit.
Peningkatan pertanian menjadi kata kunci mantan pastor pendamping umat Jerman di Jakarta (1986-1993) itu dalam memecahkan masalah kelaparan. Pastor Bollen bukan saja mendorong penanaman tanaman pangan, tetapi menggerakkan masyarakat untuk menjadikan tanaman kakao sebagai sumber pendapatan baru bagi masyarakat Sikka. Upaya itu membuat imam digelari “pastor cokelat.”
Pastor asal Jerman yang menerima tahbisan imamat 15 Mei 1958 itu tidak hanya berdiam di pastoran. Dia sendiri terjun dari kebun ke kebun untuk memperkenalkan penanaman kakao yang baik dan mengajarkan pengolahan pasca panen yang memenuhi standar pasar di Surabaya.
Untuk mengatasi kesulitan air terutama di musim kering, imam itu mengajak umatnya membangun embung permanen penampung suplai air hujan. Ide yang tidak biasa ini mendapat tantangan dari umat. Namun Pastor Bollen dari rumah ke rumah mengajak orang menggali tanah dan dengan bahan bangunan bantuan dari berbagai pihak di Maumere dia berhasil membangun embung.
Tahun 1968 angka penderita TBC cukup tinggi. Untuk memberantas TBC, Pastor Bollen memprakarsai pendirian klinik-klinik TBC di desa. Hanya dalam waktu beberapa tahun umat berhasil mendirikan 12 pos pemberantasan TBC.
Klinik-klinik itu sebagian besar merupakan rumah-rumah bambu sederhana. Sebagian besar karyawannya pun adalah keluarga dari para pasien TBC. Metode ini berhasil menurunkan angka penderita TBC di Sikka. (Yuven Fernandez)