Pekan Biasa XV (H)
Santo Alexis; Santa Yuli Postel; Beata Magdalena Poste; Beata Albrici dari Como
Bacaan I: Kel. 1:8-14.22
Mazmur: 124:1-3.4-6.7-8; R:8a
Bacaan Injil: Mat. 10:34-11:1
Pada suatu hari Yesus bersabda kepada kedua belas murid-Nya: ”Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”
Renungan
Selalu ada kontras antara anak-anak Allah dan anak-anak dunia. Raja baru yang memerintah Mesir takut bahwa bangsa Israel akan melawan mereka. Orang-orang Israel ditindas dan disiksa dengan kejam, tetapi jumlah mereka makin banyak dan berkembang (bdk. Kel. 1:12). Yesus pernah mengingatkan bahwa firman-Nya akan menjadi ’pedang’ yang membedakan para pengikut-Nya dan anak-anak dunia (bdk. Mat. 10:34). Konflik tidak selalu buruk, sebab ia mungkin merupakan kesempatan untuk memurnikan motivasi dan iman. Firman Tuhan adalah ukuran yang setiap kali harus dipakai oleh para pengikut Kristus untuk menentukan kebenaran yang harus dipegang teguh dalam situasi-situasi penindasan dan perbantahan. Iman seharusnya membawa sikap kritis yang akan mendewasakan diri seseorang dan secara khusus membantunya memutuskan dengan tepat.
Penolakan dan perlawanan dunia terhadap orang-orang Kristen di zaman kita ini kadang-kadang membingungkan dan mengecilkan hati. Kesatuan keluarga-keluarga terancam oleh pemikiran-pemikiran baru yang mempertanyakan sikap iman, dan yang paling mudah terseret adalah kaum muda kristiani. Kita mesti kembali kepada Firman Tuhan dalam Kitab Suci beserta penafsirannya secara tepat dalam bimbingan Gereja, agar diteguhkan untuk berada di jalan yang benar, yakni jalan kedamaian dan cinta kasih.
Tuhan Yesus, Engkau telah menyampaikan firman yang menjadi pegangan bagi hidup di dunia ini. Semoga aku setia pada firman-Mu itu dan tekun mengusahakan perdamaian di mana pun aku berada. Amin.
Renungan Ziarah Batin 2017