Minggu, Desember 22, 2024
29.9 C
Jakarta

Jumat, 30 Juni 2017

Kusta

PEKAN BIASA XII (H)

Santo Bertrandus; Santo Theobaldus; Santa Giacinta Marescoti

Bacaan I: Kej. 17: 1.9-10.15-22

Mazmur: 128:1-2.3.4-5; R:4

Bacaan Injil: Mat. 8: 14

Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: ”Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: ”Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya. Lalu Yesus berkata kepadanya: ”Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.”

Renungan

Abram mendapat nama baru: Abraham. Nama baru ini memuat misi hidupnya yang baru, yaitu menjadi bapa banyak bangsa. Demikian pula Sarai berganti nama menjadi Sara, artinya ibu bangsa-bangsa. Sebagai bukti tugas baru ini, Allah memberikan mereka seorang anak laki-laki: Ishak. Dari Ishak ini lahirlah semua keturunan bangsa Israel. Kelahiran Ishak menjadi bukti tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Abraham yang sudah tua dan Sara yang mandul bisa punya anak. Kehendak Tuhan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja sepanjang masa.

Mukjizat merupakan bukti bahwa Allah ikut campur tangan dalam hidup manusia. Tak ada yang mustahil bagi-Nya. Dalam Injil kita baca seorang kusta datang kepada Yesus dan mohon agar Yesus mentahirkannya. Yesus pun mengulurkan tangan-Nya dan orang itu pun langsung sembuh. Orang kusta, yang tadinya disingkirkan masyarakat karena dipandang berdosa dan dikutuk Tuhan, kini diterima kembali dalam masyarakat. Pemulihan sakit fisik, batin dan sosial dari orang kusta ini menjadikan Yesus terkenal. Karena itu, Yesus melarangnya untuk menyiarkan berita ini, karena bisa saja orang salah paham tentang Yesus dan mencari-Nya hanya karena mukjizat, bukan karena beriman kepada-Nya. Padahal imanlah yang terpenting. Seperti Abraham dan orang kusta, kita pun harus menjadi orang beriman. Janganlah kita menjadi pengagum mukjizat semata saja.

Ya Tuhan, tolonglah aku menjadi orang beriman teguh di tengah kesulitan hidupku. Jagalah aku agar terhindar dari mencari tanda dan mukjizat saja. Amin.

Renungan Ziarah Batin 2017

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini