Orang Muda Katolik (OMK) masih hidup dan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan paroki di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dan peranserta ribuan OMK dalam Joyful Run 2017 di kompleks Mall Alam Sutera Tangerang, 7 Mei 2017, menjadi salah satu bukti kehidupan itu.
Maya Dewi Ariani dari Paroki Santa Helena, Curug, Tangerang, dan Elizabeth Irene Hartanto, dari Paroki Maria Bunda Karmel (MBK) Tomang, membenarkan hal itu, bahkan kedua anggota OMK itu mau menunjukkan bahwa keberhasilan Joyful Run 2017 yang dihadiri sekitar 5600 OMK, anak-anak, orang tua dan beberapa puluh peserta non-Katolik menjadi bukti bahwa pertemuan Asian Youth Day 2017 di Yogyakarta bisa berjalan aman.
Irene mengatakan kepada PEN@ Katolik, OMK MBK sangat hidup dengan seabrek kegiatan, banyak sekali ladang atau bidang pelayanan. “Saya terkesan dan senang karena ada banyak lahan untuk OMK berkarya, misalnya paduan suara, pemazmur, buletin paroki, fotografi. Sangat hidup, sangat rame dan menyatukan kita semua.”
Bahkan dia melihat di parokinya sejumlah besar anak remaja kini beranjak menjadi OMK. “Mereka perlu dihidupkan. Perlu regenerasi tiap tahun. jangan lue lagi, lagi-lagi lue. Maka, OMK saat ini harus memberi contoh dan teladan kepada adik-adik, mulai dari panitia kecil lama-lama mereka berkembang dan akhirnya mereka bisa menangani event lebih besar, dan persatuan orang Katolik semakin erat.”
Irene sendiri melihat Joyful Run yang diikutinya sebenarnya sangat sederhana, “hanya siapkan energi untuk lari bersama-sama.” Namun lebih daripada itu, dia melihat sesuatu lebih dalam bahwa meski sederhana acara itu mampu mengumpulkan dan menyatukan banyak OMK dari berbagai suku dan golongan “untuk olah raga bareng, have fun bareng, nyatu, dan ketemu teman-teman lama dan baru.”
Sangat simpel tapi dampaknya besar “menyatukan kita semua, menyadarkan bahwa banyak orang yang satu iman dengan saya, masih banyak yang care kaum muda,” kata Irene yang menegaskan, bila ada kesempatan dan peluang, mau ikut AYD 2017 “karena melalui event AYD saya akan melihat dunia dalam diri teman-teman baru OMK dari masing-masing negara Asia, dan saya akan menyambut dan mengajak mereka mengenal Indonesia sebagai negara yang sangat indah dengan keberagaman dan kebhinekaan.
Irene bersama Maya ikut lomba lari 2,5 K dalam Joyful Run 2017. Maya juga mengaku bahwa OMK di parokinya tetap hidup dengan berbagai kegiatan. “Lumayan hidup, tapi kita tetap pingin hidupkan lagi,” kata Maya yang menjelaskan bahwa banyaknya orang yang ikut kegiatan itu membuat dia sulit mulai langsung berlari di garis start karena terasa space kurang. Dia akhirnya terpaksa berjalan di areal star itu.
Merasakan bagusnya dan banyaknya peserta acara pendukung AYD 2017 itu, Maya menegaskan ingin ikut ke Yogyakarta nanti. Lomba lari, yang diikutinya hingga garis finish sehingga berhak menerima medali, mendorong dan seperti memanggil Maya untuk ikut bersama teman-teman menghidupkan OMK paroki, “soalnya peranserta anak muda sekarang terasa kurang.”
Irene dan Maya menyayangkan bahwa ternyata berita-berita situasi politik di Indonesia membuat sebagian anak muda dari negara Asia “agak kuatir” untuk datang ke Indonesia menghadiri AYD 2017. Namun, dua anggota OMK itu mendorong OMK se-Asia untuk tidak kuatir.
“Anak muda seluruh Indonesia, khususnya OMK yang juga terdiri dari berbagai suku, akan mati-matian menjaga perdamaian dan persatuan dalam NKRI berdasarkan Pancasila bersama saudara-saudari pemeluk agama lain, karena kami ingin bersatu,” kata Maya.
Buktinya, Joyful Run 2017, yang menjadi acara pendukung AYD 2017 “bisa membina persatuan dan perdamaian dengan merangkul wakil-wakil semua agama yang diakui di Indonesia, karena OMK Indonesia itu berbhinneka tunggal ika dan 100% Katolik 100% Indonesia,” kata Maya.
Irene juga menyadari keadaan politik di Indonesia saat ini membuat OMK di luar negeri mungkin takut atau berpikiran Indonesia itu menakutkan karena perbedaan yang ada.
“Saya ingin mengajak teman-teman dari Asia untuk tetap hadir dalam AYD, karena persoalan hanyalah dari kelompok yang gila kekuasaan dan menganggap kekuasaan itu punya manusia,” kata Irene yang
mengajak teman-teman OMK di Indonesia untuk memperkenalkan Indonesia dengan kerendahan hati mulai dari diri sendiri dan tanpa takut melihat perbedaan, “karena itulah Indonesia.”
Kalau dia bisa hadir dalam AYD 2017, Irene berjanji akan perkenalkan keramahan Indonesia kepada teman-teman Asia dengan melihat Indonesia dalam dirinya sendiri. “Saya akan bawakan diri sebaik mungkin, karena mereka bisa melihat Indonesia dalam diri saya yang siap membantu dan penuh persahabatan, sehingga mereka sadar bahwa tidak semua orang Indonesia seperti dalam TV yang suka rusuh.” (paul c pati)