Akses
Minggu Paskah IV
Bacaan Injil: Yohanes 10: 1-10
“Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput (Yoh 10: 1).”
Yesus bukanlah sekedar penjaga pintu gerbang, tetapi Yesus adalah sang pintu gerbang. Pintu gerbang atau pintu memberi jalan atau akses ke kandang domba, rumah, bangunan atau ruangan. Pintu memisahkan sekaligus menghubungkan orang dalam dan orang luar. Pintu sama pentingnya dengan rumah itu sendiri. Apa jadinya jika bangunan tanpa pintu masuk? Ini adalah kesalahan konstruksi atau bukan sebuah gedung sama sekali. Pintu bukan hanya aksesori dari sebuah rumah, tapi adalah definisi sebuah rumah. Melalui pintunya, kita bisa menilai apakah rumah ini yang mudah diakses, rumah terkunci atau bukan rumah sama sekali?
Menjadi bagian dari generasi digital, kita memiliki ‘pintu gerbang’ kita sendiri. Dalam istilah harian kita, inilah akses, koneksi atau jaringan. Kita menggunakan akses untuk berkomunikasi, bekerja dan bahkan membuat keputusan penting. Koneksi telah menjadi bagian dari diri kita, karenanya kita menginginkannya, menyayanginya, dan memperjuangkannya.
Terkadang, saya kesal karena koneksi buruk di dalam rumah formasi sehingga saya tidak dapat berkomunikasi dengan keluarga saya di Indonesia. Seorang anak berumur satu tahun bahkan sudah tahu bagaimana cara memanipulasi iPhone, dan menangis saat orang tuanya mencoba untuk mengambil iPhonenya tersebut.
Banyak peneliti menyimpulkan bahwa Facebook telah menjadi jenis kecanduan baru, karena semakin banyak kaum milenial menghabiskan lebih banyak waktu di FB, lebih dari hal-hal esensial lainnya. Lesley Alderman dari The New York Times mengatakan bahwa kita mengecek telepon seluler kita rata-rata 47 sampai 82 kali per hari. Ini karena akses yang diberikan bagi kita ke hampir semua hal.
Namun, bukan hanya tentang kecanduan atau bersenang-senang. Akses adalah hidup kita. Banyak perusahaan, profesi dan pekerja sekarang bergantung pada akses internet ini, sesuatu yang tidak terbayangkan dua puluh tahun yang lalu. Adik saya bekerja sebagai koordinator lapangan di sebuah perusahaan nasional, dan dia mengkoordinasi anak buahnya, mengecek pekerjaan mereka, dan membeli kebutuhan di lapangan. Semua ini dilakukan di depan laptopnya! Koneksi yang lebih baik berarti transaksi lebih cepat, semakin kaya perusahaan tersebut.
Akses yang sama digunakan untuk mengendalikan mesin tak berawak jarak jauh, seperti drone. Beberapa drone digunakan untuk fotografi, hobi dan penelitian, namun beberapa lainnya membawa bahan peledak yang kuat. Sekarang, akses ini bisa membantu kita atau menghancurkan kita.
Dalam Injil hari ini, Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai pintu, akses atau koneksi menuju kepenuhan hidup. Sekarang, terserah kita apakah kita mau masuk ke pintu ini dan menggunakan akses ini, atau menolak untuk masuk dan menyia-nyiakan koneksi ini.
Jika kita memeriksa kehidupan kita sehari-hari, berapa jam kita memanfaatkan akses ilahi ini? Kita mungkin kesal jika kita kehilangan koneksi internet, tapi apakah kita kesal saat kita kehilangan koneksi dengan Tuhan? Berapa jam kita habiskan untuk browsing internet, dan dengan penuh semangat chatting dengan teman-teman online kita? Tetapi berapa jam kita gunakan untuk membaca Alkitab dan menyembah Yesus dalam Ekaristi? Kita mungkin terkejut bahwa kita sebenarnya hanya mengingat Tuhan pada hari Minggu. Dan faktanya, dalam Misa, kita juga sibuk dengan apa yang ada di dalam HP kita!
Ini adalah salah satu alasan mendasar mengapa banyak dari kita tidak bahagia, gelisah, dan tersesat meski sukses, kaya, dan akses lainnya yang kita miliki. Mungkin, sebaiknya lepaskan dulu banyak koneksi yang kita miliki, dan hubungkan diri kita kembali ke sumber sukacita sejati. Jika kita tidak menemukan hidup bermakna, ini karena kita tidak memasuki pintu yang membawa kita pada kepenuhan hidup.
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno OP