[JUMAT AGUNG]
“Tuhan, mengapa saya yang rajin sembahyang dan tidak melakukan kejahatan, tetapi hidup saya tidak bahagia dan bahkan saya menderita? Penderitaan saya itu banyak Tuhan, keluarga saya tidak beres karena pasangan saya selingkuh, bisnis saya juga tidak maju-maju, dan terlebih orang tua saya kena sakit keras. Di mana Engkau Tuhan?”
Saya kira ini banyak pertanyaan ini kita dengar; dan jangan-jangan itu pertanyaan kita. Mengapa orang baik menderita? Mengapa orang yang jahat kelihatannya baik-baik saja. Apalagi mereka yang telah berbuat jahat menyakiti kita. Ternyata mereka semakin jahat dan sukses dan tidak kena batunya? Di mana keadilan Tuhan bagi orang yang mau berbuat benar dan baik serta beriman?
Ketika orang beriman, biasanya pandangan dia tentang Allah adalah serba kuat kuasa. Itu tidak salah. Ketika orang Israel melihat pernyataan Tuhan di Sinai; yang mereka alami adalah guntur-gemuruh dan kilat halilintar menyambar-nyambar. Mereka bahkan takut melihat wajah Allah dan mendekati-Nya. Firaun dengan segala bala tentaranya pun hancur dibuat-Nya. Ini gambaran normal dan umum tentang Tuhan. Ini tidak salah. Tuhan itu memang kuat kuasa-Nya. Siapakah yang bisa melawan Tuhan? Itulah sebabnya banyak yang melihat hidup iman itu kemenangan. Bersama Tuhan kita pasti menang! Bersama Tuhan kita pasti sukses! Maka kalau anda dekat Tuhan dan tidak sukses artinya anda belum beriman betul dengan Dia.
Pertanyaan ini juga digeluti mereka sejak Perjanjian Lama, paling tidak hari ini Yesaya dan Perjanjian Baru yaitu kitab Ibrani. Mereka adalah pihak yang mencoba mengerti “Mengapa Yesus, Putera Allah, yang Ilahi, mengalami nasib yang fatal pada hari ini. Mengapa Yesus disalibkan di antara penjahat dan dianggap sebagai bagian dari penjahat?” Sulit untuk dimengerti bahwa Allah yang kuat kuasa, tak tersentuh penderitaan karena Dia itu abadi; kini mengalami derita yang begitu hebat dan mengalami kematian. Betulkan ini Anak Allah? Ini sungguh wajah Allah yang lain! Itulah sebabnya bagi Paulus dikatakan salib itu sandungan (untuk percaya kepada keilahian Yesus) dan kebodohan. Mana mungkin Allah itu menderita dan mati? Allah itu kuat kuasa dan abadi; derita dan kematian bukan termasuk di dalam atribut-Nya.
Penulis Suci mau mengatakan setidaknya dua hal besar kepada kita:
- Di dunia ini, atau selama di dunia ini, misteri kejahatan dan dosa berkuasa dan mewahyukan dirinya paling jahat di dalam penyaliban Tuhan. Selama di dunia ini, tidak ada jaminan bagi orang yang berbuat baik akan selalu bahagia dan baik. Ini ilusi kesalehan bahwa selama berbuat baik kita pasti akan di dunia ini mendapat balasan yang baik. Malah Yesaya mengatakan bahwa orang yang baik bisa mendapatkan balasan yang jelek dari kejahatan. Kita kena masalah dan dijahati bukan karena kita kurang berbuat baik; melainkan kejahatan tidak suka dengan kebaikan. Kejahatan menampakkan diri di dalam kekerasan hati, kesombongan, penghakiman yang tidak adil, kekuasaan yang semena-mena dan bahkan alasan suci yang dibungkus kepentingan diri dan kelompok. Kalau begitu, untuk apa berbuat baik?
- Kitab Ibrani menjawabnya dengan gamlang. Kitab Ibrani mengatakan kenaikan bahkan Sang Kebaikan mau mengalami segala yang jahat karena Ia ingin menghancurkan kejahatan selama-lamanya. Bagaimana Ia menghancurkan kejahatan; padahal Ia sendiri dijahati sampai parah?
- Menjadi sama dengan kita. Ia mengalami supaya mengerti dan memahami! Ia mengalami penolakan, ratap tangis dll supaya Ia mengerti sampai tingkat dasar kelemahan dan situasi manusia. Ini Ia lakukan supaya Ia berbelas kasih dan bisa membantu kita. “Marilah menghadap tahta kemurahan Tuhan; karena kita akan mendapatkan pertolongan pada waktu-Nya!”
- Ia ingin menunjukkan jalan bahwa selama di dunia ini, misteri kejahatan hanya bisa dikalahkan bukan dengan cara tidak berbuat baik; melainkan menyerahkan diri kepada Allah. Ia pun seolah-olah tidak didengarkan Allah; “tetapi karena ketaatan-Nya Ia didengarkan.” Artinya: meski berbuat baik itu kelihatannya mendatangkan kejahatan atas diri kita namun kalau kita melakukan kebaikan di dalam ketaatan iman maka Allah akan memperhitungkannya untuk kita. Pembalasan kebaikan kita bukan pada dunia ini melainkan pada Allah. Dan itu hanya mungkin kalau kita menyerahkan di dalam ketaatan kepada Tuhan. Hukum Tuhan untuk berbuat baik tidak bisa digantikan. Ketaatan artinya selalu berbuat baik; apapun resikonya, tetapi Tuhan yang akan menentukan nasib kita pada akhirnya. Dunia yang akan berlalu dan jatuh di dalam misteri kejahatan sejak awal bukan jaminan kita; melainkan Allah.
- Ketaatan dan penyerahan diri kepada Tuhan harus dibarengi dengan memaafkan/mengampuni. Itu artinya memutuskan rantai kejahatan selamanya. Kejahatan bukan dibalas dengan kejahatan; melainkan dengan berserah diri dan dengan pengampunan. Memang kita kena. Namun minimal kejahatan terputus lingkaran setannya pada kita sehingga tidak bisa berkembang lagi. Maka dari itu kejahatan hancur dan tidak bisa merajai kita dan lingkungan di sekitar kita karena kita memutuskannya dengan pengampunan. Itulah arti doa Tuhan Yesus kepada Bapa: “Ampunilah mereka!” Itulah yang juga diajarkan Tuhan: “Cintailah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu!” Memang kelihatannya konyol. Mereka yang diampuni pun tidak tahu mereka diampuni dan bahkan mereka merasa menang di atas angin. Jangan harap setelah kita mengampuni mereka akan bertobat. Tetapi itu bukan tanggung jawab kita sudah. Kalau mereka menolak kebaikan dan pengampunan maka merekalah yang memutuskan untuk tidak menerima kebaikan hati dan berubah. Mereka itu urusan Tuhan! Toh pada akhirnya mereka juga akan bertanggung jawab atas hidup mereka di depan Tuhan. Dan satu hal: Tuhan membalas mereka dengan cara yang tidak sangka-sangka; Ia yang dihukum mati pada hari ketiga bangkit! Kebangkitan itu artinya: yang baik meski dihukum dengan tidak adil didengarkan Tuhan. Tuhan menyediakan masa depan yang beda dan tidak disangka-sangka.
Banyak dari kita setelah hancur luluh berantakan dan berani menyerahkan kepada Tuhan tidak menyangka hidupnya berubah dari apa yang mereka pikirkan semula. Memang rencana mereka buyar. Tetapi rencana dahulu adalah buatan tangan manusia. Sekarang masa depan dan hidup adalah tangan Allah yang kerjakan. “Yerusalem baru itu turun dari surga dan bukan buatan manusia,” demikian kata kitab Wahyu. Masa depan yang setelah penindasan akan jauh beda dari apa yang kita rencanakan; tetapi pasti lebih baik karena itu tindakan Tuhan dan masa depan dari Tuhan. Hidup bukanlah linear atau perjalanan garis lurus. Ketika menyerahkan diri kepada Tuhan; hidup orang menjadi beda. Ia bukannya dihancurkan; tetapi disediakan masa depan yang baru dan beda buatan tangan Tuhan. Itulah kebangkitan!***