PEKAN PRAPASKAH IIĀ (U)
Santo Gregorius l/Agung, Paus; Maximilianus;
Santo Theofanus; Beata Yustina dari Arezzo;
Bacaan I: Kej. 12:1-4a
Mazmur: 33:4-5.18-19.20.22; R:22
Bacaan II: 2Tim. 1:8b-10
Bacaan Injil: Mat. 17:1–9
Sekali peristiwa Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. Kata Petrus kepada Yesus: āTuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.ā Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: āInilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.ā Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: āBerdirilah, jangan takut!ā Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri.
Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: āJangan kamu ceritakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.ā
Renungan
Iman muncul dari pengenalan dan pengertian akan Allah. Iman itu tidak boleh buta. Keberanian Abraham meninggalkan negerinya hanya bisa dipahami dalam konteks pengenalan dan pengertiannya akan Allah yang punya rencana besar atas dirinya. Begitupun transfigurasi (penjelmaan/perubahan rupa) Yesus dipahami dalam bingkai pengakuan Petrus (bdk. Mat. 16:16) dan pemberitahuan tentang penderitaan-Nya (bdk. Mat. 16:21-28). Kebingungan para murid tentang āMesias yang menderitaā sirna oleh terang kemuliaan Yesus; ketidakpastian terganti oleh harapan yang kuat akan Yesus: Sang Juru Selamat.
Penampakan kemuliaan Yesus memenuhi gambaran para murid akan āMesias yang muliaā, namun suara Allah menyadarkan mereka bahwa tidak ada kemuliaan tanpa penderitaan, tidak ada Paskah tanpa Golgota. Kebingungan yang kembali hadir diusir oleh Yesus: āBerdirilah, jangan takut!ā. Ia membangkitkan pemahaman iman bahwa penderitaan dan kematian-Nya yang akan disusul kebangkitan merupakan pemenuhan rencana kasih Allah. Ia ingin kita mengerti bahwa kematian dan kebangkitan-Nya berguna untuk mengalahkan dosa dan maut, serta mendatangkan hidup kekal. Menjadi pengikut-Nya berarti siap menerima realitas salib, tetapi jika kita tetap tinggal dengan-Nya maka kemenangan Paskah pun akan menjadi milik kita.
Ya Tuhan, tambahkanlah imanku. Buatlah aku mengerti bahwa jalan salib-Mu tidak berakhir di Golgota, namun di hari Paskah yang mulia. Amin.