Setelah memberi pelatihan “Manajemen Video dan Radio Streaming Produksi Siaran Pewartaan Radio Online atau Streaming” bagi 43 orang mahasiswa-mahasiswi Katolik, biarawan-biarawati dan anggota kelompok kategorial se-Regio Jawa Timur, Direktur Utama Radio Suara Surabaya (SS) Errol Jonathans mengatakan bahwa Gereja Katolik tidak akan kekurangan penyiar-penyiar handal.
“Saya akan ikut menceritakan kepada umat Katolik lainnya tentang keberhasilan kalian dalam mengelola radio di masing-masing komunitas atau paroki atau keuskupan. Saya bahagia dan bangga karena kalian 43 orang ini, sungguh luar biasa. Kalian merupakan orang-orang terpercaya dan pilihan Tuhan, sehingga boleh mengikuti workshop ini,” kata Errol.
Dalam workshop berjudul “Pemrograman dan Penyiaran Radio Pewartaan” yang berlangsung di Pondok Rohani Santa Theresia Lisieux, Tidar, Malang, 23-25 Februari 2017, Errol membahas tentang Strategi Radio Programming-Relasi Segi Tiga, Karakteristik Medium Radio, Penyiar Radio, Kedudukan Penyiar Dalam Program, Penataan Musik di Radio, Teknik Pernafasan dan Olah Vokal, Aplikasi Pelatihan: Senam 15 Jurus, Melatih Suara Diafragma, Penulisan Naskah untuk Radio, 5 Prinsip Menulis untuk Radio, Menulis untuk Telinga, 4 Tahap Penulisan, dan Majalah Udara.
“Radio merupakan medium suara yang terampuh. Frekuensi siaran radio adalah ranah publik. Saya akan merasa ‘gagal’ jika kalangan Gereja memindahkan gereja ke dalam radio. Artinya kalangan Gereja harus membedakan radio dan gereja,” tegas lelaki kelahiran Jakarta itu.
Tujuan pelatihan di Malang, jelasnya, adalah “untuk membagikan ilmu tentang kepenyiaran radio kepada kaum muda Katolik dalam mewartakan Injil, dan kabar baik kepada sesama, serta melatih kaum muda untuk tahu benar tentang pemrograman dan penyiaran radio pewartaan.”
Pelatihan itu merupakan kerja sama antara Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (Komsos KWI), manajemen Radio Suara Surabaya dan Komisi Komsos Keuskupan Malang,
Sejak 2009, Radio Suara Surabaya menjalin kerjasama dengan Komsos KWI dalam memberikan pelatihan berupa instruktur komunikasi dan public speaking bukan saja untuk KWI, tapi juga keuskupan-keuskupan, serta seminari menengah dan seminari tinggi di Indonesia.
Sekretaris Eksekutif Komsos KWI Pastor Kamilus Pantus Pr yang membuka pelatihan itu mengatakan, “memanfaatkan radio online atau streaming dalam melakukan pewartaan Injil, kabar baik, dan kebenaran kepada umat Katolik, khususnya umat Katolik di Keuskupan Malang, itu penting.”
Untuk menyambut Hari Komsos se-Dunia ke-51, 2017, Pastor Kamilus menegaskan bahwa Paus Fransiskus mengajak umat Katolik untuk tidak boleh takut melawan peran ganda media dan berita hoax. Ajakan itu dituangkan dalam tema besar yang diambil dari Kitab Nabi Yesaya 43:5 yakni, “Jangan Takut, Aku Besertamu. Komunikasikan Harapan, dan Iman.” Dijelaskan bahwa Hari Komsos Nasional 2017 akan dilangsungkan di Keuskupan Purwokerto.
Ketua Komsos Keuskupan Malang Pastor Eko Putranto OCarm yakin, kehadiran radio online atau radio streaming di keuskupannya akan “lebih memudahkan pewartaan kepada umat Katolik.”
Angela Maricci Felicia Puspa Dyah Praganti dari Universitas Brawijaya mengakui, manfaat radio online besar sekali dalam membantu Gereja lokal melakukan pewartaan dan menjawab kerinduan kaum muda. “Lewat radio online, kami umat Katolik yang masih muda-muda ini pasti mendapatkan hal-hal positif, seperti katekese, cara berdoa yang baik, renungan dan lagu-lagu gerejani. Saya yakin dan optimis, radio online akan membawa perubahan sangat besar, dan kaum muda dan umat Keuskupan Malang akan sangat terbantu dalam mengawali aktivitas sehari-hari,” katanya.
Sementara itu siswa Seminarium Marianum Malang Armayga Aldeoza menerima pelatihan itu sebagai bekal dirinya ketika nanti menjadi imam. “Manfaatnya besar sekali. Berkotbah dan mewartakan injil, tidak hanya lewat altar gereja, tetapi bisa lewat radio online,” kata Armayga seraya bertanya “bagaimanakah caranya agar Gereja Katolik tidak memindahkan gereja ke dalam radio?”(Felixianus Ali)