PEKAN BIASA VII (H)
Santo Nemesius; Sano Eleuterius
Bacaan I: Sir. 1:1–10
Mazmur: 93:1ab.1c–2.5; R:1a
Bacaan Injil: Mrk. 9:14–29
Pada suatu hari Yesus bersama Petrus, Yakobus, dan Yohanes, turun dari gunung, lalu kembali pada murid-murid lain. Mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan mereka. Pada waktu orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia. Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?” Kata seorang dari orang banyak itu: “Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.”
Maka kata Yesus kepada mereka: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya: “Sejak masa kecilnya. Dan sering kali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” Jawab Yesus: “Katamu: jika Engkau dapat? (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab…)
Renungan
Seorang anak kerasukan roh yang membisukan dan menulikan. Setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membanting-bantingnya ke tanah, mulutnya berbusa, giginya bekertakkan, dan tubuhnya kejang. Murid Yesus mencoba mengusir roh jahat itu, namun tidak dapat. Hanya Yesus saja yang mampu mengeluarkan roh jahat dari anak itu. Yesus itu luar biasa.
Bisa jadi kita juga adalah orang yang “kerasukan” setan yang membisukan dan menulikan. Ketika roh itu menyerang kita, kita tidak mampu mendengarkan sabda Allah, kita juga tidak mampu menyuarakan cinta dan kebenaran, kita dibanting-banting oleh konflik kepentingan atau perhitungan untung-rugi. Kita bisu bertutur dan tuli mendengar cinta Allah dan kebenaran-Nya.
Pertanyaannya adalah: adakah orang yang berupaya menyembuhkan kita? Pernahkah kita sendiri menyadari kebisuan dan ketulian itu?
Pasti bukan hal mudah mengusir “setan” yang membisukan dan menulikan kita. Membiarkan Yesus hadir dan berkarya dalam diri kita adalah resepnya. Doa dan puasa adalah caranya. Hidup bersama dan di dalam Kristus akan memampukan untuk menyuarakan sekaligus mendengarkan kasih dan kebenaran.
Ya Bapa, ajarilah aku berdoa dan berilah aku kekuatan agar sanggup mendengarkan sekaligus menyuarakan kebenaran dan kasih sayang-Mu. Amin.