Kamis, Desember 19, 2024
30.4 C
Jakarta

Paus Fransiskus: pendidik Katolik harus mengajarkan tata bahasa dialog

 

Paus menerima anggota Kongregasi Pendidikan Katolik
Paus menerima anggota Kongregasi Pendidikan Katolik

Semua pihak yang terlibat dalam pendidikan Katolik hendaknya menjadi pembangun dunia yang lebih bersatu dan lebih damai, demikian harapan Paus Fransiskus yang disampaikan dalam sambutan kepada Kongregasi Pendidikan Katolik di Aula Clementinus, Vatikan, 9 Februari 2017.

Lembaga-lembaga pendidikan, lanjut Paus kepada kongregasi yang baru melaksanakan pertemuan pleno itu, memiliki makna hanya dalam kaitannya dengan formasi atau pembentukan manusia. Maka, Paus meminta semua pendidik membantu kaum  muda untuk menjadi pembangun-pembangun dunia yang lebih bersatu dan damai.

Dan, Paus mengingatkan mereka yang hadir bahwa lembaga-lembaga Katolik memiliki misi untuk memberikan cakrawala yang terbuka untuk transendensi.

Gravissimum Educationis,” kenang Paus, menyoroti fakta bahwa pendidikan adalah untuk melayani humanisme integral dan bahwa Gereja, sebagai ibu dan pendidik, selalu memandang generasi muda dari perspektif formasi integral umat manusia, baik demi tujuan pokoknya sendiri, dan demi kebaikan masyarakat di mana dia menjadi anggotanya.

Paus Fransiskus menekankan perlunya budaya dialog seraya mengatakan bahwa dunia kita telah menjadi desa global tempat setiap orang menjadi anggota umat manusia dan bersama mengharapkan masa depan yang lebih baik bagi seluruh keluarga bangsa-bangsa.

Sayangnya, kata Paus, ada banyak bentuk kekerasan, kemiskinan, eksploitasi, diskriminasi, marjinalisasi dan pembatasan kebebasan yang menciptakan budaya sampah.

“Dalam konteks ini, lembaga-lembaga pendidikan Katolik dipanggil untuk berada di garis depan dalam mempraktekkan tata bahasa dialog” yang, kata Paus, merupakan dasar perjumpaan dan dasar peningkatan keragaman budaya dan agama.

Dialog itu bersifat konstruktif kalau berlangsung dalam suasana yang sungguh menghormati, menghargai, dan mendengarkan dengan tulus, tanpa perlu mengaburkan atau mengurangi identitas seseorang, kata Paus.

Dengan demikian, lanjut Paus, ada semangat untuk berharap agar generasi baru, yang dibesarkan untuk mengetahui cara terlibat dalam dialog Kristen, meninggalkan kelas-kelas sekolah dan universitas dengan motivasi untuk membangun jembatan-jembatan dan menemukan jawaban-jawaban baru atas banyak tantangan saat ini.

Mengacu pada metodologi Santo Thomas, Paus mengatakan bahwa dalam arti yang lebih spesifik, sekolah-sekolah dan universitas-universitas Katolik dipanggil untuk mengajarkan metode dialog intelektual yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran.

Paus Fransiskus mengakhiri sambutannya dengan mengatakan “ada harapan terakhir yang ingin saya bagikan kepada kalian: sumbangan pendidikan yang menabur harapan.” Dikatakan, “Manusia tidak dapat hidup tanpa harapan dan pendidikan menghasilkan harapan. Kenyataannya, pendidikan melahirkan, membantu pertumbuhan, itu bagian dari dinamika memberi kehidupan.”

Kehidupan yang dilahirkan, jelas Paus, adalah sumber harapan yang paling antusias; hingga mencari keindahan, kebaikan, kebenaran dan persekutuan dengan orang-orang lain demi pertumbuhan bersama.

“Saya yakin agar kaum muda saat ini menjalani kehidupan yang membangun masa depan,” dan oleh karena itu, para pendidik, “harus mendengarkan kaum muda, itulah yang sedang kita persiapkan untuk Sinode Para Uskup mendatang yang didedikasikan untuk mereka.” (pcp berdasarkan Radio Vatikan)

Komentar

  1. Terima kasih atas berita aktualnya. Tambah pemahaman sy dlm mewujudkan pelayanan dlm dunia pendidikan. Sy seorang pendidik. Terima kasih.

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini