Minggu, Desember 22, 2024
28.6 C
Jakarta

GONG XI FAT CAI, saya tidak dapat pulang merayakan Imlek bersama keluarga

Frater Agustinus Alfred Hermawan di Gereja Redemptor Mundi Surabaya
Frater Agustinus Alfred Hermawan di Gereja Redemptor Mundi Surabaya

Oleh Frater Agustinus Hermawan OP

Tahun ini, 2017, merupakan tahun ketujuh saya tidak dapat pulang untuk merayakan Imlek bersama dengan keluarga. Apakah ada rasa sedih? Tentu ada sedikit. Tetapi, saya pun berusaha untuk tidak larut dalam perasaan ini, karena saya sadar bahwa inilah konsekuensi dari jalan yang telah saya pilih.

Selain itu, saya pun yakin pasti masih ada kesempatan bagi saya untuk bersama dengan keluarga di lain waktu meski tidak harus di hari Imlek. Dan, sungguh tiada yang kebetulan dalam hidup ini, karena bacaan Injil hari ini 28 Januari 2017 adalah Markus 4:35-41, yang kembali meneguhkan saya.

Dalam Injil itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak yang ada di sana lalu bertolak dan membawa Yesus dalam perahu itu. Juga diceritakan, ketika perahu mereka sudah berada di tengah-tengah danau, tiba-tiba terjadi taufan yang sangat dahsyat.

Bagi saya, perikop ini ingin mengingatkan saya bahwa untuk mengikuti Tuhan dan menanggapi panggilan-Nya, kita harus siap untuk menghadapi setiap tantangan, kesulitan, maupun kesedihan. Oleh karena itu, pertanyaannya sekarang adalah, “Apakah saya dan kita semua sudah melibatkan Yesus dan menjadikan-Nya sebagai nakhoda di dalam kehidupan ini?”

Sahabat terkasih, hari ini kita kembali memperingati Santo Thomas Aquinas, seorang imam dan doktor Gereja dari Ordo Pengkhotbah (Dominikan, Ordo Pewarta, OP). Jika kita membaca sejarah hidupnya, maka kita pun dapat menemukan bahwa Santo Thomas Aquinas pun banyak menghadapi tantangan ketika ia memutuskan untuk menjadi seorang biarawan, terutama menjadi biarawan Dominikan.

Waktu itu, keluarganya menghendaki agar dirinya menjadi seorang biarawan Benediktin. Akan tetapi, ia bersikeras ingin menjadi seorang biarawan Dominikan. Hingga akhirnya, Santo Thomas pun dikurung oleh keluarganya, bahkan mereka pun memasukkan seorang wanita tuna susila ke dalam kamar tempat ia dikurung untuk menggodanya.

Namun, di tengah badai pencobaan tersebut, Santo Thomas tetap tenang dan terus berdoa memohon kemurnian bagi jiwa dan raganya, sehingga mujizat pun terjadi. Dua malaikat datang untuk melindungi dan menguatkan dirinya.

Semoga semua ini dapat memberi inspirasi kepada kita agar jangan mudah bersedih dan menjadi takut, melainkan tetap tenang dan terus berdoa, iman kita menjadi tahan uji dan kita dimampukan-Nya untuk berkata, “Diam dan tenanglah!” atas setiap pergumulan hidup kita.

Santo Thomas Aquinas, doakanlah kami!

Happy Chinese New Year 2568 …”GONG XI FAT CAI”

Artikel sebelum
Artikel berikut

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini