PEKAN BIASA XXXIV
Peringatan Wajib Santo Sisilia, Perawan Martir; Santo Filemon
Bacaan I: Why. 14:14-20
Mazmur: 96:10.11-12.13; R: 13b
Bacaan Injil: Luk. 21:5-11
Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: ”Apa yang kamu lihat di situ-akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.” Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: ”Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya: ”Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.” Ia berkata kepada mereka: ”Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.”
Renungan
Fenomena batu akik mewabah di mana-mana. Orang-orang berlomba untuk mencari, mendapatkan, dan memiliki keindahannya dengan berbagai maksud dan alasan. Bukan mustahil suatu waktu demam batu akik akan memudar dan berganti dengan ”wabah-wabah” baru yang menggiring orang pada penikmatan kepuasan semata.
Hidup manusia selalu berhadapan dengan seribu satu persoalan, meski di lain pihak selalu ada keindahan yang mengiringi perjalanannya. Dituntut kesetiaan dan keteguhan untuk meneruskan perjalanan dan mengisi hidup dengan kebaikan. Bukan tidak mungkin kesetiaan kita diuji dengan segala persoalan dan derita. Yesus telah mengingatkan kita untuk berani dan siap menghadapi berbagai kesulitan sebagai risiko dari sikap percaya dan beriman. Berhadapan dengan gejolak dan fenomena hidup ini, kepada kita diminta sikap mawas diri: Suatu kemampuan menata hidup dan setia beriman dalam kesulitan dan tantangan yang dapat menggoyahkan kepercayaan kita.
Bila kita terbuai dan hanyut dalam fenomena sesaat yang menawarkan kepuasan semata dan melupakan tujuan hidup yang sesungguhnya, maka hidup pun akan menjadi beban. Ketika hidup dipandang sebagai beban dan kenyataan yang menakutkan, maka masa depan dapat berubah menjadi kehancuran.
Allah Bapa Mahabaik, bantulah aku agar selalu setia beriman kepada-Mu dalam segala persoalan kehidupan ini. Amin.