PEKAN BIASA XXXI
Peringatan Wajib Santo Karolus Boromeus, Uskup (P)
Santo Emerik
Bacaan I: Flp. 3:17–4:1
Mazmur: 122:1-2.3-4a.4b-5; R:1
Bacaan Injil: Luk. 16:1-8
Pada suatu ketika, berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya: ”Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.”
Renungan
Daya tarik dunia ini amat kuat dan dahsyat. Sebegitu kuatnya sehingga orang terpesona oleh berbagai hal yang ditawarkan dengan segala cara. Berhadapan dengan daya tarik demikian, dituntut sikap bijak agar hidup tidak terjerat oleh pesona duniawi semata.
Rasul Paulus mengingatkan dan menasihati agar tetap menyadari identitas kita sebagai orang beriman, yang tidak sekadar mementingkan perkara duniawi dengan segala hal di dalamnya, namun mengutamakan keselamatan dan hidup abadi dalam Yesus Kristus. Perkara duniawi memang dapat memabukkan dan membutakan hidup bila kita tidak mampu mengolah dan memaknainya. Maka dibutuhkan keteguhan iman untuk mampu mencermati derasnya arus duniawi yang mengitari hidup kita.
Kita berada di dunia dan bersama dunia. Dunia menjadi lahan pelayanan dan kesaksian tentang keselamatan Allah bagi manusia. Oleh karena iman akan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, kita sudah menjadi warga surgawi meskipun masih berada di dunia (bdk. Flp. 3:20). Maka, hendaknya hidup dan kehadiran kita di tengah dunia ini menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan.
Tuhan Yesus Kristus, tuntunlah hidupku agar aku lebih mengusahakan perkara-perkara iman di tengah derasnya arus pesona dunia ini. Semoga aku pantas menjadi tanda kehadiran-Mu yang menyelamatkan. Amin.