PEKAN BIASA XXXI (H)
Santo Martinus de Porrez; Santo Hubertus
Beato Pius Campidelli; Beato Rupert Mayert
Bacaan I: Flp. 3:3-8a
Mazmur: 105:2-3.4-5.6-7; R:3b
Bacaan Injil: Luk. 15:1-10
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: ”Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: ”Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan.Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”
Renungan
Manusia dianugerahi kebebasan. Kebebasan ini memampukan manusia untuk memilih dan memaknai hidup secara positif atau negatif. Kebebasan yang digunakan secara positif membawa orang kepada kebahagiaan, namun bila diisi secara negatif dapat mendatangkan kehancuran.
Meskipun diberi kebebasan, namun Allah tetap menawarkan keselamatan kepada kita. Mengapa? Karena manusia cenderung mencari kenikmatan yang berujung pada cinta diri sehingga menjauhkan diri dari Allah dan acuh tak acuh terhadap sesama. Inisiatif cinta selalu datang dari Allah karena Allah pada hakikatnya adalah cinta. Ia mencari kita dengan cermat dan membawa kita untuk diselamatkan kembali (bdk. Luk. 15:4).
Setiap kita dapat menjawab tawaran keselamatan dari Allah. Jawaban itu dinyatakan dalam sikap pertobatan untuk hidup sesuai kehendak-Nya, menaruh percaya pada Yesus Kristus yang telah menyelamatkan kita. Mungkin saja godaan duniawi selalu menggerogoti sikap beriman kita, namun keyakinan dan keteguhan akan kebenaran sejati dalam Yesus Kristus menjadi dasar dan kekuatan hidup kita untuk senantiasa mawas diri. Kita rela melepaskan kelekatan kita pada hal-hal duniawi karena Kristus ada bersama kita senantiasa. Seperti kata Santo Paulus: ”Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus” (Flp. 3:7).
Tuhan, sering kali aku menutup diri terhadap cinta-Mu. Anugerahkanlah pertobatan dalam diriku agar mampu mencintai Engkau dan mewartakan cinta-Mu itu kepada banyak orang. Amin.