Sesuatu yang istimewa terjadi tanggal 2 Oktober 2016 saat 215 anggota Serikat Yesus (SJ) merayakan Misa di Gereja Gesù di Roma, untuk memulai Kongregasi Jenderal Yesuit ke-36. Yang istimewa hari itu adalah pemimpin utama Misa bukan imam Yesuit tetapi Master Ordo Pewarta (Ordo Dominikan, OP) Pastor Bruno Cadore OP.
Namun, pemandangan itu sebenarnya tidaklah asing bagi kedua ordo atau kongregasi itu, karena hubungan keduanya sudah terjadi sejak pertobatan Santo Ignatius, yang waktu itu bertanya kepada diri sendiri, “Kalau Santo Dominikus bisa melakukan ini dan itu, mengapa saya tidak?”
Selain itu, memang sudah merupakan tradisi bahwa ketika seorang Jenderal Yesuit meninggal, maka Master Ordo Pewarta diundang untuk merayakan Ekaristi. Dan hari itu, Pastor Cadore diundang untuk memimpin Misa pembukaan Kongregasi Jenderal, yang akan menerima pengunduran diri Pastor Adolfo Nicolás SJ sebagai Superior Jenderal Serikat Yesus. Pastor Nicolás bersama para Konselor Jenderal dan semua pemilih lain hadir. Juga hadir sejumlah besar biarawan Yesuit yang tinggal dan bekerja di Roma.
Pastor Cadore menyampaikan homili yang terinspirasi oleh pembacaan Kitab Suci hari itu, Minggu XXVII Masa Biasa, yakni kutipan-kutipan Nabi Habakuk, surat kedua Santo Paulus kepada Timotius dan Injil Lukas 17.
Homili Pastor Cadore dimulai dengan permintaan para rasul kepada Yesus: “Tuhan, tambahkanlah iman kami!” Menurut imam itu, itulah pola pikir yang diperlukan di awal Kongregasi Jenderal itu. Dijelaskan, “Iman diperlukan, meski masih sederhana seperti biji sesawi, karena imam menyangkut keberanian mempercayai yang tidak masuk akal: ‘Kalian bisa mengatakan kepada pohon ara, ‘Tercabutlah engkau dan tertanamlah di laut,’ pasti pohon ini akan menurut perintahmu’. Iman bahkan lebih penting, karena dengan iman kita memahami, meskipun arahnya tidak masuk akal, dengan iman kita mengatakan: ‘kami hamba yang tidak pantas: kami hanya melakukan tugas! Pertemuan seperti ini (…) pasti akan seputar tugas untuk terus-menerus meminta Serikat memiliki keberanian untuk melakukan yang mustahil dan kemauan evangelis untuk melakukannya dengan kerendahan hati … semuanya tergantung kepada Allah.”
Keberanian untuk mempercayai yang tidak masuk akal adalah karakteristik Ignatius saat ia mendirikan Serikat Yesus, kata Pastor Cadore seraya bertanya, “Apakah itu masih mungkin di saat krisis ini, tatkala berlangsung kekerasan dalam berbagai?” Itu mungkin, kata imam Dominikan itu kepada para biarawan Yesuit, jika itu merupakan “keberanian untuk memperdengarkan komitmen kalian, kata-kata kalian, solidaritas kalian, suara yang selalu tak terduga dari Dia yang kepada-Nya dunia berharap, yang menjungkirkan kematian dan membangun kehidupan, Dia yang kepada siapa kalian berupaya memberikan kemuliaan terbesar?”
Juga dikatakan, iman hanya mungkin jika dibangun dengan kokoh seperti nasihat Paulus kepada temannya Timotius: “Untuk menemukan kekuatan dan kreativitas kesetiaan dalam tiupan Roh yang dengannya Dia menuntun kita untuk berjumpa dan mendengarkan orang lain, yang menciptakan sumur kasih sayang di hati manusia, yang memperkuat persekutuan yang tak terpecahkan dengan mereka yang dipercayakan kepada kita.”
Akhirnya, Pastor Cadore menekankan, iman yang diperlukan para rasul harus ditandai keberanian, dan harus menjadi iman pelayan yang rendah hati, iman kehidupan yang benar-benar diberikan kepada sesama. “Tepatnya, kalian pelayanan apa? Pelayan meja, meja orang-orang berdosa, meja penyambutan tempat semua orang buta dan lumpuh diundang, juga orang Farisi dan pemungut cukai, pezinah dan orang-orang baik,” kata Pastor Cadore.
Pendiri kalian, Ignatius, lanjut Master Ordo Pewarta itu, berdoa seperti ini: “Tuhan Yesus ajarilah agar aku memiliki kemurahan hati sejati, agar aku melayani Engkau sepantasnya, agar aku memberi tanpa menghitung biaya, agar aku berjuang tanpa memperhatikan luka, agar aku bekerja tanpa mencari istirahat, agar aku mengorbankan diri tanpa memikirkan imbalan, asalkan aku tahu bahwa aku melakukan kehendak-Mu.” Nah, lanjut Pastor Cadore, “Bukankah ini merupakan ajakan ulang kepada kalian di hari ini untuk menempatkan diri sendiri, kita semua, untuk melayani meja ini?”
Hari Senin, 3 Oktober 2016, sebanyak 215 pemilih berkumpul di Aula Kongregasi untuk memulai sesi pertama sidang pleno Kongregasi Jenderal ke-36. Pastor Adolfo Nicolás diharapkan menyampaikan pengunduran dirinya pada hari pertama Kongregasi itu.
Setelah melewati doa dan pencermatan selama emat hari, sebanyak 212 biarawan Yesuit memilih Pastor Arturo Sosa SJ dari Provinsi Venezuela, Amerika Latin, sebagai pemimpin baru Serikat Yesus, demikian pengumuman di pagi hari 14 Oktober 2016.(pcp berdasarkan www.op.org)