Senin, November 25, 2024
33.4 C
Jakarta

Jumat, 21 Oktober 2016

awan1

PEKAN BIASA XXIX (H)
Santo Hilarion dari Gaza; Santa Ursula dkk

Bacaan I: Ef. 4:1-6

Mazmur: 24:1-2.3-4ab.5-6; R:6

Bacaan Injil: Luk. 12:54-59

Pada suatu ketika, Yesus bersabda kepada orang banyak: ”Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.”

Renungan

Yesus mengingatkan kita: ”Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?” (Luk. 12:56). Kita pandai sekali melihat tanda-tanda alam di sekitar kita dan menafsirkan apa yang akan terjadi. Namun, kita tidak mau sadar akan apa yang terjadi pada masa depan hidup kita setelah kematian. Seolah-olah hidup di dunia ini adalah segala-galanya dan selama-lamanya. Kehidupan ini adalah kesempatan. Kesempatan untuk berdamai dengan Sang Penguasa hidup, sang penentu kekekalan hidup kita.

Oleh karena itu, Paulus menegaskan jemaat di Efesus supaya hidup mereka berpadanan dengan panggilannya. Hidup dalam kerendahan hati, kelembutan, kesabaran serta saling menunjukkan kasih satu pada yang lain (bdk. Ef. 4:2). Inilah cara yang ditawarkan Paulus untuk berdamai dengan Sang Penentu kehidupan.

Adalah sebuah kebijaksanaan hidup kalau kita tetap memelihara hidup kita dalam kebenaran karena kita tidak pernah akan tahu hari dan saatnya. Selain itu, dunia bukanlah tempat tinggal bagi kekekalan kita. Kita dipanggil untuk menikmati kasih Bapa di dalam kekekalan.

Ya Allah Roh Kudus, Engkaulah utusan Bapa yang dicurahkan untuk menuntunku sampai kepada Bapa. Aku serahkan tangan dan hatiku agar Engkau sajalah yang dapat menangkap dan menghantar aku pada kekekalan yang sempurna. Amin.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini