PEKAN BIASA XXVIII (H)
Santo Wilfridus; Santo Serafinus dari Montegranaro; Maria Teresa Fasce
Bacaan I: Gal. 5:18-25
Mazmur: 1:1-2.3.4.6; R: Yoh. 8:12
Bacaan Injil: Luk. 11:42-46
Sekali peristiwa Yesus bersabda: ”Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.” Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: ”Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga.” Tetapi Ia menjawab: ”Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun.”
Renungan
Kata-kata Yesus begitu keras kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Sikap-Nya tegas dan jelas bahwa orang-orang semacam ini sangat merusak orang lain. Maka tak heranlah Yesus mengatakan mereka itu seperti kubur yang tidak memakai tanda (bdk. Luk. 11; 44). Mereka adalah orang-orang yang bisa menjebloskan sesamanya pada jebakan yang membebani hidup. Mereka bukannya membawa kelegaan, melainkan peraturan yang menjadikan orang lain menderita dalam perasaan bersalah. Bahkan yang paling utama dalam segala-galanya, yaitu keadilan dan kasih Allah tidak pernah mereka hiraukan. Rupanya orang-orang Farisi dan ahli Taurat ini sesungguhnya tidak pernah mencari Allah. Mereka mencari kemuliaannya sendiri. Mereka bukanlah orang-orang yang dituntun oleh Roh Kudus. Mereka masih hidup di bawah hukum Taurat. Mereka adalah orang-orang yang gila hormat.
Orang yang gila hormat, sering menantang dan mempunyai rasa dengki pada sesamanya (bdk. Gal. 5:26) adalah orang yang meremehkan sesamanya. Ia menganggap dirinya sebagai sumber kebijaksanaan dan kebenaran yang harus didengarkan. Orang-orang semacam ini tak akan pernah layak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Tuhan, perkenankanlah aku untuk mendapat bagian dalam Kerajaan-Mu; bukan karena aku layak mendapatkannya melainkan karena aku senantiasa percaya bahwa kasih-Mu tidak akan pernah berubah saat hidupku membuahkan kasih, damai dan pelayanan sukacita. Amin.