PEKAN BIASA XXVI
Peringatan Wajib Santo Hieronimus, ImPujG (P)
Bacaan I: Ayb. 38:1.12-21; 39:36-38
Mazmur: 139:1-3.7-10.13-14b; R: 24
Bacaan Injil: Luk. 10:13-16
Sekali peristiwa, Yesus bersabda: ”Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.”
Renungan
Seorang ibu pernah curhat pada Pastornya, ”Pastor, usia saya sudah lanjut, dan masih banyak hal yang saya pikirkan, harapkan dan ingin lakukan. Ingin rasanya aku ‘menyerah’ dan membiarkan diriku menikmati masa tuaku dalam ketenangan. Apakah aku cukup beriman, Pastor?” Jawab Pastor itu, ”Ibu, adalah juga sikap orang beriman untuk menyerah dan mengakui keterbatasan. Percayalah, Tuhan tidak menuntut apa yang ibu tak dapat lakukan.”
Banyak orang tak ingin menyerah dan angkat tangan terhadap banyak hal yang masih ingin dibuat, pun ketika tubuh sudah tak kuat lagi. Ayub mengalami suatu pergumulan iman. Banyak hal ternyata tak dapat, dan tak akan dapat ia mengerti sepenuhnya. Pengembaraan rasa penasaran dan rasa ingin tahu akhirnya harus berakhir di hadapan misteri Allah yang tak terselami.
Ayub meneladankan suatu sikap beriman yang mengenal batas pengembaraan dan akhirnya mengakui keterbatasan dan ketakmampuan di hadapan Allah. Dalam Injil hari ini Yesus mengecam kota-kota yang telah melihat tanda-tanda kemahakuasaan Allah dalam diri Yesus, tetapi tidak dapat menerima kabar gembira yang dibawa Yesus, Sang Kabar Gembira itu sendiri. Penduduk kota-kota itu begitu bertegar hati. Walaupun mereka sudah menyaksikan banyak mukjizat yang diperbuat Yesus di depan mata mereka sendiri, mereka tidak juga percaya, tidak mau bertobat, bahkan menolak Yesus dan murid-murid-Nya.
Kita sudah mengenal Yesus dan entah sudah beberapa kali menyambut Tubuh dan Darah-Nya di dalam Ekaristi, masihkah kita bertegar hati untuk melakukan perbuatan yang tidak berkenan pada Tuhan dan sesama? Masihkah kita meragukan kasih dan kebaikan Allah di dalam hidup kita hanya karena sakit dan penderitaan menimpa kita? Kita perlu belajar banyak dari Ayub, untuk tidak hanya mengeluh dan menyerah pada nasib malang, tetapi berusaha bangkit untuk menyelami misteri kasih Tuhan dalam setiap peristiwa hidup kita.
Ya Tuhan, tumbuhkembangkanlah di dalam diriku semangat kerendahan hati untuk menghadapi berbagai hal yang tak dapat kumengerti. Amin.