Paroki Maria Ratu Damai Melonguane, Talaud, Sulawesi Utara, saat ini sedang melaksanakan pembangunan dan rehabilitasi sejumlah gedung gereja, mulai dari gereja paroki hingga ke beberapa stasi, seperti di Stasi Gemeh di mana selama ini 10 umat stasi itu hanya beribadah dan merayakan Misa di rumah umat.
Di tengah giatnya umat membangun gedung gereja, Kepala Paroki Maria Ratu Damai Melonguane, Pastor Delis Umbas Pr mengajak umat Katolik untuk menghayati keberadaan gedung gereja sebagai tanda kehadiran Allah.
Makna sebuah gedung gereja, kata Pastor Delis, tidak terletak pada megah atau sederhananya bangunan gereja, melainkan pada kualitas hidup jemaatnya. “Gedung gereja baru menjadi tanda kehadiran Allah, bila umat yang berhimpun di dalamnya hidup dalam cinta dan menjadi saluran berkat bagi sesama,” kata imam itu.
Dengan keyakinan itu, kata Pastor Delis, umat di Gemeh pun sudah mengajukan permintaan untuk membangun gereja sekitar tujuh tahun lalu. “Namun belum direstui, mengingat jumlah umat saat itu masih sedikit (2 kepala keluarga, Red), sehingga masih bisa menggunakan rumah umat sebagai tempat ibadah dan Misa,” kata Pastor Delis kepada PEN@ Katolik 24 September 2016.
Namun, tahun 2015, umat stasi itu kembali mengajukan permohonan. Melihat semangat dan kerinduan umat, serta seiring bertambahnya jumlah umat dengan masuknya satu kepala keluarga dalam gereja Katolik setempat, paroki dan keuskupan pun merestui permintaan umat. “Melihat iman, semangat dan harapan umat, keuskupan pun merestui pembangunan gereja di Gemeh,” ujar Pastor Delis.
Pembangunan gereja Katolik Gemeh, yang rencananya sebesar 8×12 meter dengan swadaya umat, sudah dimulai dengan peletakan batu dasar tanggal 20 Agustus 2016. Sejumlah material bangunan sudah disiapkan umat. Namun pengerjaan belum juga dilakukan, sebab umat kesulitan mendapatkan kerikil. “Kerikil yang ada digunakan untuk pembangunan proyek-proyek di desa,” kata Pastor Delis.
Menurut imam itu, seperti dikatakan saat peletakan batu dasar, gereja tidak perlu dibangun besar, karena gereja yang dibangun “dengan besar, megah atau sederhana tidak mempunyai makna apa-apa kalau di dalamnya umat tidak menampakkan kehadiran Allah.”
Seperti halnya gedung gereja, lanjut Pastor Delis, rumah tangga Katolik sebagai gereja kecil harus juga dihayati sebagai tanda kehadiran Allah, “yang tampak dalam cara hidup anggota keluarga yang saling bersatu hati, saling berbagi dan saling menolong.”
“Kalau jemaat adalah Gereja yang sesungguhnya, maka keluarga yang sesungguhnya adalah orang-orangnya. Rumah tangga menjadi berkat bila orang-orang yang ada di dalamnya saling bersatu hati, saling berbagi dan saling menolong. Sebaliknya, rumah tangga tidak ada artinya bila orang-orang di dalamnya hidup bercerai dan bertengkar,” kata Kepala Paroki Maria Ratu Damai Melonguane, Talaud. (rey)
Keterangan Foto: Pastor Delis Umbas Pr saat memberkati dan meletakkan batu dasar pembangunan Gereja Katolik di Stasi Gemeh, Desa Gemeh, Talaud, yang turut dihadiri Wakil Bupati Talaud Petrus Simon Tuange, unsur DPP Paroki, Camat dan Pemerintah Desa, tokoh agama, tokoh adat serta tokoh masyarakat setempat