“Kami berterima kasih kepada Allah dan kepada Paus Fransiskus, yang menetapkan Tahun Belas Kasih dan memilih Ibu Teresa sebagai ‘ikon belas kasih.’ Kanonisasi Ibu Teresa adalah kesempatan untuk menyebarkan pesan Injil dan belas kasih Allah: kami berharap rahmat belas kasih menjangkau setiap manusia, terutama yang paling miskin dan berputus asa,” kata kata Suster Mary Prema Pierick, superior jenderal Misionaris Cinta Kasih, pada malam sebelum perayaan yang diadakan 4 September 2016 di Vatikan, tempat Ibu Teresa ditetapkan sebagai orang kudus.
Ketika berbicara dengan Agenzia Fides, superior jenderal asal Jerman yang berusia 63 tahun itu mencatat bahwa “pesan dan karya Ibu Teresa sepenuhnya ada dan akan ada kalau masih ada umat manusia yang menderita, orang yang direndahkan, orang buangan di dunia.” Sekarang karyanya “terus berlanjut berkat para suster Misionaris Cinta Kasih, para imam Saudara-Saudara Cinta Kasih (Brothers of Charity), dan juga berkat semua pria dan wanita yang berkehendak baik yang terus melayani kaum miskin, kelompok marjinal, sekarat, dengan menjadi alat di tangan Tuhan dan belas kasih-Nya.”
Kehidupan para suster adalah “kehidupan doa dan pelayanan kepada mereka yang membutuhkan, karena menyadari bahwa di dalam mereka Kristus hadir di tengah-tengah kita.” Suster itu menegaskan, “Ibu Teresa mengakui keberadaan Kristus di dalam orang miskin dan karena alasan ini orang miskin menjadi pusat untuk misinya. Bagi dia, belas kasih adalah hidup, yang terbentuk dari cinta, kebaikan, pengampunan, perasaan sayang terhadap semua orang.”
Menurut data yang diberikan oleh Suster Prema, ada 5160 Misionaris Cinta Kasih di dunia saat ini. Mereka tinggal di 139 negara dalam total 758 rumah dan lembaga. Sedangkan 397 imam Saudara-Saudara Cinta Kasih” (Brothers of Charity) bekerja di 69 rumah, tersebar di 21 negara di seluruh dunia. (pcp berdasarkan Fides News Agency)
Suster Prema bersama Marcilio Haddad, orang Brazil yang sembuh dari infeksi otak karena perantaraan SantaTeresa dari Kalkuta bersama isterinya, berfoto di akhir konferensi pers 2 September 2016 di Vatikan. Foto AP