“Saya itu terheran-heran sendiri. Aku dadi romo tenan to iki? (Saya benar jadi pastor?) Saya heran betul, seperti ini kok ya apa bisa menjadi Romo?” kata Pastor Fransiskus Xaverius Suhanta Pr. Maka, dia mengaku ketika ditahbiskan tahun 1996 ia merasakan karunia Allah yang terbesar. Namun, ditegaskan bahwa ia menjadi kuat dalam imamatnya karena mottonya, “Tuhan adalah gembalaku (Maz 23).”
Temannya, Pastor Yohanes Baptista Rudy Hardono Pr, mengatakan, “Saya hanya ingin menemani orang-orang beriman. Dalam kehidupan yang berat, saya berharap, sekurang-kurangnya umat beriman mempunyai teman untuk ngudarasa, teman sharing, teman cerita.”
Itu dua penggal sharing imamat seperti yang disampaikan dalam sharing di Gereja Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan, Surakarta, 22 Juli 2016. Namun, bukan hanya dua imam itu. Pastor Rudy dan Pastor Suhanta menjadi yubilaris bersama lima imam lainnya dalam Misa 20 tahun imamat itu. Semua tujuh imam itu ditahbiskan bersama tanggal 8 Juli 1996 di Kapel Seminari Santo Paulus Kentungan Yogyakarta oleh Julius Kardinal Darmaatmadja SJ.
Mereka berbicara secara bergantian menyampaikan kesaksiannya bagaimana mereka menjadi imam dalam homili Misa syukur yang diadakan setelah mereka menjalani bulan sabat pengolahan imamat yang diisi dengan penguatan dan pendalaman hidup imamat.
Temannya, Pastor Gregorius Awan Widyatmoko Pr mengatakan, peristiwa 20 tahun imamat adalah karya Tuhan. “Yang dirayakan ini adalah karya Tuhan, bukan hanya karya kami. Karya Tuhan itulah yang pantas kita syukuri,” kata imam yang melayani Paroki Boyolali itu. Menurut Pastor Awan, menjadi pastor adalah mewartakan Kristus, bukan mewartakan dirinya sendiri.
Sementara itu Pastor Raymundus Sugihartanto Pr mengaku awalnya tidak ingin menjadi imam karena merasa tak punya talenta. Namun, “Tuhan berkehendak lain.” Suatu ketika, seorang imam mengajaknya tampil menyanyi dalam suatu acara di Seminari Menengah Santo Petrus Mertoyudan. Di sanalah, ia merasa Tuhan bekerja membimbingnya. “Akhirnya dari yang tidak pernah merencanakan, si domba yang tidak jelas ini dibawa ke tempat yang menentukan arah kehidupan,” kata imam yang ingin bisa menggembirakan banyak orang.
Pastor Yohanes Sari Jatmiko Pr bersaksi bahwa cita-citanya menjadi pastor sama dengan kebanyakan umat pada umumnya, yakni ingin semakin beriman kepada Yesus Kristus. “Semakin dekat dengan Dia, semakin memahami apa yang menjadi kehendak-Nya, dan merasakan kehendak-Nya, itu yang selalu menjadi perjuangan saya dan perjuangan Anda,” kata imam itu.
Dengan dekat Yesus, dirinya pun bisa menghadirkan Yesus bagi orang lain. Namun, imam itu melihat ada masalah komunikasi ketika berelasi dengan Yesus, karena kerap kali seseorang tidak paham dengan kehendak Yesus. “Maka, kita diajak untuk berjuang semakin lama, semakin dekat dan beriman dengan Yesus,” kata imam itu.
Menyadari bahwa mereka bertujuh imam itu mempunyai cita-cita yang sama yakni semakin mencintai Yesus, satu di antara mereka, Pastor Aloys Budi Purnomo Pr, kemudian menyanyikan lagu “Ku Mau Cinta Yesus” dalam bahasa Indonesia, Mandarin, dan Jawa.
Pastor lainnya, Pastor Antonius Budi Wihandono Pr, yang dengan gaya lucu mengatur teman-temannya untuk bergantian menyampaikan sharing, berharap agar umat mendoakan ketujuh imam itu “supaya ketika harus menghadap Tuhan, tetap memakai jubah dan kasula imamat.”
Bukan hanya keluarga para imam dan sejumlah umat hadir di malam itu untuk mendukung panggilan imamat ketujuh imam itu, tetapi juga Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo.
Di akhir misa, ketujuh yubilaris itu berfoto bersama di dekat tumpeng. Mereka masih mengenang bagaimana mereka bersama-sama melepaskan balon berisi hadiah sebelum Mia itu dimulai. (Lukas Awi Tristanto)