Jumat, November 22, 2024
28.1 C
Jakarta

Rabu, 20 Juli 2016

 penabus

PEKAN BIASA XVI (H)
Elia, Nabi; Santa Margaretha dari Antiokhia;
Santo Vinsent Kaun

Bacaan I: Yer. 1:1.4-10

Mazmur: 71:1-4a.5-6ab.15ab.17; R:15

Bacaan Injil: Mat. 13:1-9

Pada suatu hari, Yesus keluar dari rumah dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: ”Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”

Renungan

Yeremia dipanggil Tuhan. Tuhan telah membentuknya sejak dari rahim ibunya, menguduskan dan menetapkan dia menjadi nabi. Namun, Yeremia menolak dengan halus: ”Aku tidak pandai berbicara, sebab masih muda.” Tetapi Tuhan meneguhkannya dan menegaskan akan selalu menyertainya. Ia menjadi nabi yang harus selalu menyampaikan pesan Tuhan, walau tak semua orang mau mendengarkannya.

Menjadi nabi memang tidak enak. Menaburkan Sabda Allah itu sulit. Tidak semua orang mau menerimanya. Hasilnya pun tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan. Perumpamaan Yesus tentang penabur menyatakan hati kita beragam, seperti tanah juga beragam dalam menerima benih yang ditaburkan.

Kita sering sulit mendengarkan dan memahami ajaran Tuhan. Banyak beban yang menghimpit benih Sabda Allah. Kesibukan kerja, beban ekonomi, kesehatan yang terganggu, atau keluarga yang kurang harmonis, kerap menjadi penghalang tumbuh suburnya Sabda Allah. Kunjungan dan nasihat dari pastor paroki, legioner, atau teman kadang tidak menggugah hati kita. Semoga hari ini nasihat kenabian dari mana pun tidak kita tolak dan kita pun tidak menolak untuk menjadi nabi bagi sesama kita.

Tuhan Yesus, jadikanlah hatiku lahan yang subur bagi sabda-Mu. Semoga aku yang bertelinga ini, mendengarkan firman-Mu dan berani menjadi saksi-Mu dalam situasi dan kondisi apa pun. Amin.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini